UWRF 2021 Selesai, Acara Pendamping Digelar hingga 22 Oktober

UWRF 2021 Selesai, Acara Pendamping Digelar hingga 22 Oktober

Tia Agnes - detikHot
Kamis, 21 Okt 2021 13:06 WIB
Ubud Writers and Readers Festival 2021
Foto: Wayan Martino/ UWRF 2021
Jakarta -

Gelaran akbar Ubud Writers and Readers Festival (UWRF) selesai digelar akhir pekan lalu. Yayasan Mudra Swari Saraswati yang merupakan yayasan nirlaba di Ubud, Bali, sebagai penyelenggara menghadirkan satellite event atau acara pendukung hingga 22 Oktober 2021.

Acara pendamping kali ini diselenggarakan secara digital dengan tiga pembicara utama yang didukungoleh Kedutaan Besar Amerika Serikat.

Satellite Events UWRF 2021 dimulai dengan sesi Stories Within Stories with Ruth Ozeki yang diselenggarakan pada Selasa, (19/10) pukul 20.00 WITA.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Penulis The Book of Form and Emptiness, Ruth Ozeki, membahas cara menavigasi berbagai elemen untuk menciptakan cerita kohesif yang menarik. Bekerja sama dengan Festival Sastra Banggai, sesi Bersama Ruth Ozeki ini dimoderatori oleh Baginda Muda Bangsa yang merupakan bagian dari komunitas sastra dari Sulawesi Tengah tersebut.

UWRF 2021 juga menggelar sesi bersama penulis The Carrying Ada Limon yang memenangkan National Book Critics Circle Award untuk kategori puisi.

ADVERTISEMENT

Sesi diskusi berjudul The Art of Poetry with Ada Limon bekerja sama dengan komunitas Flores Writers Festival dan Ruteng Nusa Tenggara. Acara digelar pada Kamis (21/10) pukul 20.00 WITA.

Ada Limon bakal menjawab pertanyaan-pertanyaan seputar esensi dari puisi. Serta bagaimana menyeimbangkan kata, gambar, cerita, tempo, dan ritme agar menciptakan eksplorasi perasaan yang mendalam.

Acara pendamping UWRF bakal ditutup pada Jumat (22/10/2021) pukul 19.00-20.00 WITA dengan sesi berjudul Writing Political History with Vincent Bevins.

Jurnalis dan koresponden pemenang penghargaan yang meliput Asia Tenggara untuk The Washington Post, Vincent Bevins, akan membahas jurnalisme sastra. Serta bagaimana ia menciptakan kisah yang mencekam dan kuat, mulai dari sejarah dunia hingga arsip dan wawancara, tentang masa penting dan mengganggu dalam sejarah Indonesia baru-baru ini.

Mengusung tema Mulat Sarira yang berarti 'refleksi diri', UWRF tetap hadir di tengah situasi yang tak menentu akibat pandemi.

Direktur UWRF, Janet DeNeefe mengatakan UWRF pertama kali diselenggarakan usai peristiwa bom Bali pertama. Festival ini berlangsung sebagai upaya untuk menghidupkan kembali perekonomian di Pulau Dewata.

"Kami ingin memberikan harapan kepada masyarakat dan membawa sedikit inspirasi dalam wadah kreatif dan dialog, begitulah cara kami memulainya. Sekarang, kita membutuhkan hal tersebut," kata Janet DeNeefe.

Dia pun melanjutkan, "Tugas kami adalah menciptakan festival terbaik yang bisa kami berikan untuk situasi ini."




(tia/dal)

Hide Ads