Bagi penulis pemula, menulis sebuah novel yang ada ratusan halaman pastinya terbilang sulit. Ditambah harus menembus pasar di dunia perbukuan yang tak mudah.
Nah, berbagai solusi dari tantangan itu coba dibocorkan oleh penulis Pidi Baiq dalam sesi bersama pembaca saat mengobrol novel Ancika akhir pekan lalu.
Novelis yang tinggal di Bandung, Jawa Barat, itu punya segudang cara agar penulis pemula bisa menulis sebuah karya dan disukai oleh masyarakat. Apakah itu?
"Menulis saja dulu, seenaknya. Ngaco aja dulu nggak apa-apa baru diedit. Kalau cuma dipikirkan, nggak akan keluar tulisannya. Saya mau berkarya bebas saja, melakukan apapun," kata Pidi Baiq.
Pidi Baiq menceritakan sengaja menangkat kisah romansa tentang sepasang kekasih di tahun 1990-an untuk menjadi pedoman masa kini.
"Misalnya kalau mau pacaran rindu, ya jangan sering chattingan. Kalau sering kan jadi bosan. Makanya kabur dulu selama 7 tahun," katanya sembari tertawa.
Dalam obrolan bersama pembaca, Pidi Baiq kerap berkelakar dan omongannya penuh guyonan namun ia punya nasehat lainnya.
Sepanjang karier menulis, Pidi Baiq mengaku kerap mencontoh gaya penulisan dari para sastrawan kenamaan Indonesia. Misalnya, seperti Sutan Takdir Alisjahbana, Idrus sampai WS Rendra.
"Saya suka alur novel mereka, dari penulis luar negeri juga banyak lagi. Novel-novel Hamka juga keren sekali, kan murid siapa apalagi gurunya," kata Pidi Baiq.
"Buat saya penting sekali untuk mengikuti cara menulis, langsung dari muaranya. Dari asalnya. Saya suka dengan karya Rendra yang Mencari Bapak, Dari Ave Maria ke Jalan Lain ke Roma karya Idrus. Itu mempengaruhi saya," sambungnya lagi.
Pidi Baiq juga mengaku mengikuti gaya penulisan novel Layar Terkembang karya Sutan Takdir Alisjahbana.
"Dengan sendirinya, nanti akan lepas. Ketika kamu tiba-tiba menjadi lepas sendiri, kamu akan lebih merasa percaya diri. Ikuti saja dulu," tukasnya.
Simak Video "Menuju Usia 51 Tahun, Ahmad Dhani Rasakan Hal-hal Aneh"
[Gambas:Video 20detik]
(tia/dar)
