Penganugerahan Nobel Sastra 2020 segera diumumkan esok hari pada 8 Oktober 2020 pukul 13.00 waktu Stockholm atau 18.00 WIB di Jakarta. Sejumlah nama penulis internasional masuk dalam bursa taruhan dan diprediksi memenangkan Nobel Sastra 2020?
Tapi siapakah yang benar-benar bakal memenangkan Nobel Sastra 2020?
Peluang taruhan Nobel Sastra 2020 kerap menuai kontroversi. Alex Shepard menulis di The New Republic, memprediksi nama-nama tersebut dari yang kontroversial sampai yang kemungkinan saja masuk ke dalam bursa.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ia menyebut nama penulis asal Jepang Haruki Murakami yang selalu disebut-sebut memenangkan anugerah tapi sepertinya tidak mungkin masuk Nobel.
Dalam daftar terfavorit, ada novelis Guadeloupean Maryse Conde yang masuk di daftar pertama. Novelis Kenya yang diprediksi berada di angka taruhan 8-1 ada Ngugi wa Thiong'o.
Tiga nama novelis asal China masuk dalam bursa. Mereka adalah Yu Hua yang karya-karyanya sudah rilis dalam bahasa Indonesia diterbitkan oleh Gramedia Pustaka Utama (GPU) dengan angka taruhan 20-1.
Yan Lianke juga masuk ke dalam peluang dengan angka 12-1. Kritikus sastra asal China, Can Xue, juga mendapat taruhan yang sama.
Selama 7 tahun belakangan, Nobel Sastra diberikan kepada tiga penulis berbahasa Inggris dan 5 orang Eropa. Sejak tahun 2011, tidak ada satu pun pemenang yang seorang penyair.
Penulis asal Afrika juga tidak pernah menang sejak tahun 1986. Pemenang Hadiah Nobel Sastra yang berasal dari perempuan hanya menang sebanyak 15 kali, sedangkan angka penulis pria jauh sekali di angka 101 kali.
Jika Yu Hua menang, maka itu adalah kemenangan besar bagi postmodernisme China. Dua penulis lainnya juga adalah kandidat paling kuat. Tapi di bursa taruhan tetap saja ada nama novelis asal Eropa.
Ada Annie Ernaux asal Prancis, Frederike Mayrocker penyair asal Austria, Edna O'Brien asal Irlandia, dan tentu saja Milan Kundera yang berpeluang besar.
Jika penulis asal Kanada yang masuk dalam bursa paling berpeluang adalah Margaret Atwood dan Anne Carson.
Tapi peluang nama-nama itu bisa saja salah, karena Akademi Swedia kerap mengambil keputusan kontroversial dari setiap pemenangnya.
(tia/dar)