Penulis The Handmaid's Tale Menangkan Penghargaan Perdamaian Sastra

Penulis The Handmaid's Tale Menangkan Penghargaan Perdamaian Sastra

Tia Agnes - detikHot
Rabu, 16 Sep 2020 09:55 WIB
LONDON, ENGLAND - SEPTEMBER 09: Margaret Attwood at the Launch of her new book Testaments in Waterstones Piccadilly on September 09, 2019 in London, England. (Photo by Eamonn M. McCormack/Getty Images)
Margaret Atwood raih penghargaan perdamaian sastra bergengsi di AS Foto: Getty Images
Jakarta -

Penulis Margaret Atwood kembali menorehkan prestasi dengan meraih penghargaan perdamaian sastra Amerika bergengsi. Novelis The Handmaid's Tale itu mengingatkan pembacanya ketidakadilan bisa terjadi di mana saja.

Dalam novel The Handmaid's Tale, Margaret Atwood menggambarkan masa depan totaliter yang mengerikan bagi Amerika Serikat. Karyanya dinilai merayakan kekuataan tulisan untuk mendorong perdamaian, keadilan sosial, dan pemahaman global.

Penghargaan yang diumumkan awal pekan ini akan diterima sang novelis pada 2021. Dilansir dari berbagai sumber, penulis asal Kanada itu mengatakan hadiah sastra yang diterimanya adalah peringatan agar AS waspada.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Saya yakin orang Amerika waspada terhadap bahaya yang merusak konstitusi negaranya. Itulah yang memisahkan Anda dan kediktatoran absolut," kata Margaret Atwood.

Pendiri dan ketua Yayasan Hadiah Perdamaian Sastra Dayton, Sharon Rab, memuji karya Atwood dengan tulisan soal ketidakadilan sosial.

ADVERTISEMENT

"Margaret Atwood terus mengingatkan kita semua itu bisa terjadi di sini, apa pun bisa terjadi di mana saja dalam situasi yang tepat, dan institusi demokrasi juga bisa melakukannya," tuturnya.

Nama Margaret Atwood kian dikenal setelah novel yang diterbitkan tahun 1985 berjudul The Handmaid's Tale diadaptasi ke televisi. Aktris Elisabeth Moss yang menjadi pemeran utama dan mendapatkan banyak penghargaan.

Novel itu menceritakan tentang masa depan distopia saat perempuan ditundukkan oleh kelompok teokratis yang menggulingkan pemerintah AS.

Sekuel yang berjudul The Testaments terbit tahun lalu dan mendapatkan pujian pembaca. Gara-gara novel Margaret Atwood, pembaca melihat ada kemiripan gaya kepemimpinan otoriter Gilead dengan terpilihnya Presiden AS, Donald Trump.

Gaya perempuan berpakaian jubah merah dan topi putih pun akhirnya menjadi lambang gerakan #MeToo.

Sebelumnya, tokoh yang memenangkan hadiah perdamaian sastra adalah John Irving, Gloria Steinem, dan Elie Wiesel. Sepanjang karier Margaret Atwood, ia telah menerbitkan 17 novel dan namanya digadang-gadang masuk dalam nominasi Nobel Sastra berikutnya.




(tia/doc)

Hide Ads