Bumilangit mengembangkan karakter Si Buta yang rilis perdana pada 1967 menjadi komik Si Buta dari Gua Hantu Putih Hitam. Uniknya, komik tersebut digarap oleh komikus lintas generasi.
General Manager Bumilangit Comics Media, Is Yuniarto, menceritakan komiknya merupakan antologi yang baru rilis digital pekan lalu.
"Ada tiga judul, setiap edisi dibuat oleh tiga tim yang berbeda," tuturnya ketika diwawancarai detikcom, Rabu (29/7/2020).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Is Yuniarto menceritakan komik Si Buta dari Gua Hantu kali ini menyasar audiens yang memang menggemari konsep hitam putih tersebut.
"Kita kan sudah punya lini utama versi berwarna dengan gaya western yang ditulis oleh Iwan Nazif, ada 3 judul. Nah, sementara itu kami mencoba bikin versi hitam-putih, kalau ngomong audiens komik kan ada sendiri-sendiri. Misalkan Si Buta ada juga audiens yang suka baca format hitam-putih," sambung Is Yuniarto.
"Setiap pembaca punya referensi berbeda, kami juga mau mengeksplorasi antologi dengan maksudnya komik pendek-pendek. Tanpa kontinyuitas," ucap komikus asal Surabaya tersebut.
Lewat komik Si Buta dari Gua Hantu Putih Hitam, Bumilangit mengaku ingin merayakan keragaman gaya gambar dari setiap komikus.
Jagoan era Jawara Si Buta dituturkan dengan cara yang berbeda melalui kolaborasi Is Yuniarto, Lan Kelana, Ockto Baringbing, Ragha Sukma-Tanfidz. Sampulnya digarap oleh Erfan Fajar.
"Satu judul komik saya yang buat cerita dan gambarnya. Dua judul lainnya dari tim penulis dan artist yang berbeda lagi. Misalnya saja, Bumilangit menggandeng Lan Kelana generasi dari tahun 1980-an," tutur Is Yuniarto.
"Kami mengenalkan karakter komikus yang gayanya komik klasik Indonesia, saya sendiri mulai debut tahun 2000-an. Ada juga generasi yang lebih muda lagi. Ini sudah lintas generasi," pungkasnya.
(tia/dal)