Karya-karya Intan kerap mengolah dongeng dan genre horor untuk mengangkat persoalan gender, seksualitas, budaya, serta politik. Dalam keterangan pers yang diterima detikHOT, novel 'Gentayangan' menelusuri makna dari gentayangan yang tak hanya berarti jalan-jalan atau berkeliaran.
"Tapi juga diasosiasikan dengan hantu yang berada di antara dua dunia. Lebih dari itu, gentayangan dapat juga membicarakan tegangan antara rumah dan perjalanan, gagasan tentang akar dan tanah air, kosmopolitanisme, dan pergerakan manusia di tengah mencairnya batas negara dalam dunia global," tutur Intan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Novel ini mengisahkan tentang perjalanan dan ketercerabutan melalui format Pilih Sendiri Petualanganmu. Di dalamnya, pembaca akan membuat pilihan-pilihan dengan konsekuensi dan akhir cerita berbeda.
Petualangan terkutuk sepatu merah dapat membawa pembaca ke New York kota tikus, perbatasan Tijuana, gereja di Haarlem, masjid di Jakarta, ataupun di dalam taksi pengap atau kereta yang tak mau berhenti, tergantung jalan cerita mana yang mereka pilih.
Sebelumnya Intan dikenal oleh pembaca Indonesia lewat kumpulan cerpen 'Sihir Perempuan' Kata Kita 2005, Gramedia Pustaka Utama 2010), yang masuk nominasi pendek Khatulistiwa Literary Award 2005. Serta kumpulan cerita horor berjudul 'Kumpulan Budak Setan' ditulisnya bersama dengan Eka Kurniawan dan Ugoran Prasad.
![]() |
Beberapa karyanya telah diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris dan Jerman. Antologi cerpennya dalam bahasa Inggris, diterjemahkan oleh Stephen Epstein, akan diterbitkan oleh Brow Books, divisi penerbitan majalah sastra The Lifted Brow (2018). Karyanya yang lain adalah naskah pertunjukan teater Goyang Penasaran (Teater Garasi, 2011-2013).
Setelah peluncuran di Ubud, Intan Paramaditha juga dijadwalkan menjadi pembicara di Europalia Arts Festival di Brussel pada 20-21 November 2017 dan George Town Literary Festival, Penang, pada 24-26 November.