Ketika nama Han Kang menjadi pemenang penghargaan Man Booker International Prize 2016 lalu, Eka Kurniawan tidak terkejut. Lewat novel 'The Vegetarian', penulis Korea Selatan itu berhasil memukau dewan juri dan pembaca, termasuk Eka. Dia pun mengakui 'The Vegetarian' menjadi bahan bacaan menarik yang masuk dalam daftar lima buku teratas dan terfavorit sepanjang karier penulis asal Tasikmalaya tersebut.
"The Vegetarian jadi satu-satunya novel Asia yang masuk 5 daftar teratas bibliografi Eka," ujar moderator Zen Hae saat sesi diskusi berdurasi dua jam 'Let's Take Five' yang diselenggarakan Gramedia Pustaka Utama (GPU) bersama Aksara Kemang di Kinosaurus, Minggu (21/8/2016).
Eka mengamati, selama satu dekade belakangan, sastra Korea memang makin populer. "Budaya populer Korea lewat KPop dan film-filmnya semakin tumbuh, dan yang serius ini muncul. Secara internasional nama-nama sastrawan Korea bermunculan dan salah satunya adalah Han Kang. Generasi sastra Korea tercipta," tutur Eka.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
![]() |
Buku-buku tersebut dibacanya, dinikmati, sekaligus menjadi inspirasi bagi karya-karya Eka. Di 'Traveler of the Century', Eka mengamati buku yang disebut sebagai novel total atau ensiklopedia itu. Segala persoalan diceritakan sang penulis, baik politik, budaya, sosial, musik, hingga drama percintaan. Berbeda lagi dengan 'The Road' yang tergolong kategori post-apocalyptic novel yang lebih kontemporer dan ditulis secara sederhana oleh Comac McCarthy.
Eka mengatakan, ke-5 buku tersebut tidak secara langsung menginspirasi atau terhubung ke karyanya. "Karena saya juga mau melihat bagaimana reaksi mereka terhadap penulis dunia lainnya. Saya mau melihat peta kesusastraan abad ke-21 dan menciptakan pola yang berbeda di setiap karya-karyanya. Karena itu saya menjelajahi lima buku yang sekarang didiskusikan," lanjut Eka.
Bahkan, Eka menerangkan, ada buku yang ingin mengkritik generasi sastra pasca Perang Dunia. "Roberto Bolano di novel The Savage Detectives secara terbuka mengkritik pesohor sastra sebelumnya," katanya.
Sebagai penutup, Zen Hae kembali menegaskan pernyataan yang sudah diucapkannya di awal. Jika biasanya ketika peluncuran buku atau diskusi, profil seorang penulis yang ditonjolkan, di 'Let's Take Five' berbeda.
"Kita berbicara tentang daftar bacaan yang telah dibaca oleh penulis tersebut, bukan tentang profil dan proses kreatif penulisannya. Karena pengetahuan muncul dari tradisi membaca bacaan yang panjang," pungkasnya.












































