Dengan begitu, keputusan pengadilan menolak banding dari ahli waris Max Brod, seorang teman Kafka. Proses pertikaian panjang antara pihak otoritas Israel dengan ahli waris Max Brod bermula ketika penulis 'The Metamorphosis' yang menulis dalam bahasa Jerman itu mempercayakan naskahnya kepada Max Brod. Serta menyuruhnya untuk membakar karya-karyanya.
Baca Juga: Pusat Kebudayaan Prancis Datangkan Rumah Produksi 'Peanuts' di Popcon Asia
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kemudian, Brod mewariskan tulisan-tulisan Kafka yang tidak dipublikasikan kepada sekretarisnya Esther Hoffe. Ketika Hoffe meninggal dunia, dia mewariskan kepada dua anak perempuannya yang masih hidup. Tapi mereka mengklaim naskah-maskah itu milik pribadi dari sang ibunda.
Negara Israel pun menuntut ahli waris Hoffee agar menyerahkan semua dokumen, termasuk tulisan-tulisan yang tidak pernah dipublikasikan. Dalam keputusannya, Mahkamah Agung mengatakan Max Brod tidak ingin hartanya dijual dengan harga yang terbaik.
"Tapi dia ingin mereka menemukan tempat yang tepat di lembaga satra dan budaya untuk menyiapkan manuskrip langka dari Kafka," katanya.
Semasa hidup, Hoffe justru ingin menjual naskah aslinya kepada otoritas Israel dan juga ke beberapa kolektor pribadi. Saat ditemukan dan dilakukan proses hukum, keluarga Hoffe menyimpan naskah Kafka di dalam kotak penyimpanan bank Israel dan Swiss selama bertahun-tahun.
Franz Kafka adalah novelis sekaligus cerpenis yang menulis dalam bahasa Jerman yang berpengaruh pada abad ke-20 dan sastra Barat. Karya-karyanya yang unik dianggap telah memberikan pengaruh kepada sastra Barat.
(tia/mmu)