Apa yang kamu pikirkan ketika melihat karya seni cukil kayu? Terkesan kuno dan tradisional atau bisa menjadi lebih kontemporer?
Di galeri seni ASEAN tengah dipamerkan 15 karya seni dari 16 seniman lukis kontemporer dari berbagai negara ASEAN dan Korea. Salah satunya yang menjadi sorotan adalah karya seni instalasi Seizing Identity hasil kolaborasi Catherine Oslo dan Eunji Cho.
Dua seniman lintas negara ini bertemu saat berada di Gwangju, Korea Selatan, pada 2015. Keduanya bertemu dalam program residensi namun kembali disatukan di program KONNECT ASEAN Artists Residency Programme (KAARP) yang diselenggarakan oleh ASEAN Foundation dan ASEAN-Korea Cooperation Fund yang dibuka secara resmi hari ini.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Perempuan asal Medan itu menceritakan awal bergabung dengan program residensi sampai menghasilkan karya seni instalasi ini digarap hanya satu bulan saja.
"Sebelumnya memang sudah kenal dan kita tahu ada program residensi seniman ASEAN dan Korea, saya mengajak Eunji Cho untuk berpartisipasi. Kita harus berdiskusi untuk menjadikan satu konsep dan satu karya, dalam karya ini kami memilih kenangan masa kecil," tutur Catherine Oslo saat diwawancarai awak media di ASEAN Secretariat, Jakarta Selatan, Senin (16/10/2023).
![]() |
Dalam berkarya, ia mengaku lebih nyaman menggunakan material kayu dengan teknik cukil kayu. Sedangkan Eunji yang di negara asalnya sudah mendunia memakai seni lukis maupun kaligrafi Korea dalam berkarya.
"Setelah berdiskusi secara online, kami intens kerja bareng selama dua minggu di Gudskul Ekosistem. Singkat sekali memang tapi kami bersatu untuk mempromosikan budaya dua negara," ungkapnya.
Keduanya membentuk seorang anak perempuan yang memakai baju tradisional khas Korea sedang tersenyum. Karya seni instalasi berbahan kayu yang berukuran 143 x 120 cm ini mengajak para pengunjung untuk menelisik lebih dalam berbagai simbol di dalamnya.
Ada boneka-boneka, permainan tali, layangan sampai permen Dalgona. Catherine Oslo juga menambahkan rumah masa kecilnya dengan jendela satu terbuka ketika ia tinggal di Singapura. Ia sengaja menyimbolkan 'satu jendela' dengan satu alasan yakni membiarkan kenangan baik tinggal dan momen terburuk pergi.
Kenangan-kenangan masa kecil itu ditambahkan oleh Eunji dengan huruf Alfabet Hangeul dan angka-angka. Di ujung karya seni, ada huruf Korea yang membentuk seperti emoji. "Eunji Cho bilang, terserah siapapun yang melihatnya mengartikan emoji-nya itu seperti apa. Entah sedih atau senang," katanya.
"Uniknya Eunji Cho juga memakai kertas kaligrafi China sebelum menggambar di karya ini, kalau bisa lipatan kertas ini adalah karyanya," tegasnya.
Catherine Oslo adalah salah satu dari 15 seniman yang berpartisipasi dalam pameran yang dibuka di ASEAN Gallery hari ini. Selain itu, ada karya seni hasil residensi KONNECT ASEAN Chiang Mai Print Residency yang juga didonasikan ke ASEAN Gallery. Upacara serah terima ini dihadiri oleh Executive Director ASEAN Foundation, Piti Srisangnam dan Duta Besar Korea untuk ASEAN H.E Lee Jang-Keun, dan Deputy-Secretary-General of ASEAN for AEC, H.E Satvinder Singh.
(tia/wes)