Gelaran Pekan Kebudayaan Nasional (PKN) 2023 persembahan Kemendikbudristek kembali digelar tahun ini. Mengusung filosofi Lumbung sebagai praktik berkarya, PKN kali ini mengangkat tema 'Merawat Bumi, Merawat Kebudayaan', festival ini tetap berakar pada nilai budaya dan kearifan lokal.
Saat peluncuran PKN 2023, Dirjen Kebudayaan Kemendikbudristek Hilmar Farid mengatakan tema ini menjadi refleksi dari visi kita tentang bagaimana budaya dan alam bisa dan berjalan beriringan.
"Ketika kita berbicara tentang merawat budaya, kita juga bicara tentang etos dan nilai yang mengajarkan kita untuk merawat bumi sebagai satu-satunya rumah kita," tutur Hilmar Farid.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Tahun ini, PKN dianggap bukan sekadar perayaan namun menjadi sebuah visi agar masyarakat dapat berperan serta dalam menciptakan masa depan bumi yang berkelanjutan. "Dalam keanekaragaman budaya kita, terdapat solusi dan inovasi lokal yang bisa kita aplikasikan untuk menjaga keberlanjutan lingkungan," jelasnya.
Ketua Dewan Kurator PKN 2023, Ade Darmawan menjelaskan filosofi 'lumbung' yang diangkat dalam ajang PKN 2023 seperti halnya lumbung yang dikenal dalam budaya dan keseharian masyarakat Indonesia. Lumbung yang menjadi dasar metode aksi PKN 2023 ini juga mengakar pada nilai lumbung sebagai ruang penyimpanan, domestik dan urun rembuk, serta elemen sosialnya.
"Perwujudan 'lumbung' yang digagas oleh para dewan kurator menggambarkan bahwa PKN akan menjadi suatu wadah kolektif dari rangkaian kegiatan yang dirancang, diselenggarakan, dan melibatkan para pelaku seni dan kebudayaan maupun masyarakat umum. Praktik baik lumbung dalam konteks ini adalah upaya dalam mendukung pemajuan budaya secara kolektif dan kolaboratif secara luas," terangnya.
PKN 2023 tahun ini dibagi ke dalam tiga fase yakni rawat, panen, dan bagi. Fase Rawat adalah praacara berbentuk kegiatan residensi dan penelitian yang berlangsung sejak bulan Juni 2023 lalu. Setelahnya diikuti oleh fase Panen yang berlangsung sepanjang Juli hingga Agustus 2023. Kelanjutan dari fase Rawat ini hasilnya akan dikumpulkan, didokumentasikan, dan diarsipkan. Terakhir, fase Bagi, tahap puncak sepanjang September-Oktober 2023, yang seluruh karya dibagikan melalui pameran, tur, perjamuan, pagelaran, konferensi, lokakarya, hingga penerbitan untuk dapat dikonsumsi publik.
Sebagai bagian dari acara puncak PKN 2023, akan diperkenalkan konsep Ruang Tamu yang menjadi tempat bertemunya seluruh audiens. PKN 2023 layaknya seperti rumah yang siap menerima seluruh masyarakat di kehangatan ruang tamu.
"Semua ini diterjemahkan ke dalam bentuk ruang tamu yang akan disebar di beberapa titik di Jakarta. Ruang tamu sebagai tempat berkumpul, berdiskusi, bercengkerama menjadi sebuah titik awal kolaborasi yang mungkin terjadi di masa depan," tambah Ade Darmawan.
Rangkaian PKN 2023 disiapkan oleh delapan kuratorial yakni Temu Jalar, Rantai Bunyi, Gerakan Kalcer, Laku Hidup, Jejaring, Rimpang, Berliterasi Alam dan Budaya, Pendidikan yang Berkebudayaan, dan Sedekah Bumi Project. Secara total terdapat 35 sub kegiatan dari turunan delapan besar tersebut.
Puncak acara, pada fase Bagi akan digelar pada 20-29 Oktober 2023 dengan serangkaian pameran dan acara publik seperti Pasar Ilmu, Bazar Barter, dan Festival Layar Tancap. Lokasi kegiatan puncak acara PKN sendiri akan berlangsung di 38 titik di Jakarta yang terdiri dari ruang-ruang publik dan ruang komunitas.
Lokasi penyelenggaraan PKN 2023 di antaranya Galeri Nasional, Museum Kebangkitan Nasional, MBloc, Produksi Film Negara (PFN), Taman Suropati, Taman Menteng, Sungai BKT, Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas), Lembaga Pembinaan Khusus Anak (LPKA) Ciganjur, Pasar Cipulir, Stasiun Senen, Stasiun Bogor, Taman di Jembatan Hitam, Blok M Square, MRT Lebak Bulus, MRT Bundaran HI, Penjaringan, Jagakarsa, Paseban, Bekasi, Rawamangun, Cipinang Melayu, Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah, Kebon Jeruk, Duri Selatan, Ruang Publik Terpadu Ramah Anak (RPTRA) Sempur, RPTRA Galur, RPTRA Kepulauan Pramuka, RPTRA Kali Pasir, Cilandak Town Square, Fx Sudirman, Alun-Alun Kota Bogor, dan Terowongan Kendal.
(tia/wes)