.webp)
Carla Bianpoen bukan sembarang kurator seni, jurnalis, dan kritikus seni rupa kontemporer yang berkiprah sejak dekade 1980-an. Lebih dari lima dekade berkarier di kancah seni rupa Indonesia, Carla Bianpoen dikenal melegenda khususnya dalam skena seni rupa Asia Tenggara dan Eropa.
Pengabdian Carla Bianpoen membuatnya diganjar penghargaan bergengsi yang diselenggarakan sejak 2011. Penghargaan bernama Rooseno Awards ke-11 diberikan kepada Carla Bianpoen yang diberikan hari ini di Rooseno Plaza, kawasan Kemang Utara, Jakarta Selatan.
Ketua Dewan Testimoni, Melani Budianta yang mengepalai tim yang terdiri dari 12 orang seniman sampai pelaku seni kebudayaan membacakan keputusan tim juri. Mereka adalah pematung Dolorosa Sinaga, Dirjen Kebudayaan Kemendikbud Ristek Hilmar Farid, Inda Citraninda, kurator Jim Supangkat, Melani W Setiawan, perupa Mella Jaarsma, Ninuk Pambudy, Emeritus Mayling Oey-Gardiner hingga Saparinah Sadli.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kami sepakat Carla Bianpoen layak untuk diberikan penghargaan. Dedikasinya sebagai jurnalis seni dan kurator yang menulis sejak 1985 sampai sekarang lebih dari empat dekade. Seringkali dua tulisan setiap minggunya, dalam berbagai aspek budaya sampai seni kontemporer," katanya dalam jumpa pers yang digelar pada Senin (26/6/2023).
Menurut keterangan akademisi di bidang kajian gender, tulisan dan kuratorial Carla Bianpoen punya perspektif, kepekaan, dan empati berbeda dalam hal-hal yang tidak terlihat.
"Beliau menulis soal kondisi seni rupa Indonesia, dari tahun 1970 di Indonesia tidak ada kurator perempuan, padahal banyak karya bagus tapi tidak dilihat. Bu Carla punya kejelian yang tidak dilihat dan didengar orang. Persilangan pada jurnalisme dan hal-hal yang terpinggirkan pada perempuan," sambungnya.
 Carla Bianpoen Raih Rooseno Awards 2023 Foto: Tia Agnes/ detikHOT |
Mella Jaarsma pun menambahkan, "Kontribusi Carla Bianpoen selama 40 tahun menulis di mass media Indonesia dan Asia, sampai mendirikan majalah seni rupa sangat konsisten. Beliau juga mampu menjembatani gerakan seni rupa pada publik."
Bahkan Farah Wardani yang dikenal sebagai Direktur Indonesian Visual Art Archive (IVVA) menyebut sosok Carla Bianpoen sebagai 'the invisible Carla'. "Dalam setiap pameran seni di Indonesia, Bu Carla tidak luput mendatangi dan mencatatkannya ke dalam tulisan," ungkapnya.
Direktur dan IP Consultant Biro Oktroi Rooseno, Migni Myriasandra, sebagai penyelenggara penghargaan mengatakan sejak 2011 setiap tahunnya anugerah ini diberikan kepada sosok peneliti, institusi, tokoh kebudayaan yang bergerak di bidang kekayaan intelektual atas kiprahnya di Indonesia.
"Salah satu proteksi lisensi adalah karya tulis. Itu semua kreativitas yang dilindungi dalam kekayaan intelektual. Dalam syukuran yang ke-75 tahun yang didirikan oleh Profesor Rooseno, Carla Bianpoen layak mendapatkan penghargaan ini," pungkasnya.
Carla Bianpoen sukses mencatat kiprah perupa perempuan Indonesia di kancah internasional. Dia juga menerbitkan buku Indonesian Women Artist: The Curtain Opens yang ditulisnya bersama Farah Wardani dan Wulan Dirgantoro pada 2007. 12 tahun berikutnya, buku lainnya pun rilis yakni Indonesian Women Artists: Into the Future yang mencakup karya perempuan perupa berusia 27-41 tahun disertai pameran seni yang digelar di Galeri Nasional Indonesia.
(tia/wes)
