Citra Sasmita Dobrak Batas Feminin dan Maskulin dalam Timur Merah Project

Citra Sasmita Dobrak Batas Feminin dan Maskulin dalam Timur Merah Project

Tia Agnes Astuti - detikHot
Senin, 19 Des 2022 16:00 WIB
Perupa Asal Bali Citra Sasmita
Perupa asal Bali Citra Sasmita saat ditemui di pameran seni wastu/loka/kala di artina.Sarinah. Foto: Tia Agnes/ detikcom
Jakarta -

Perupa asal Bali, Citra Sasmita, tengah memamerkan karya seni instalasi Timur Merah Project VII: Divine Comedia. Karya fenomenalnya yang dibuat sejak tahun lalu itu dipamerkan dalam pameran seni wastu/loka/kala di ajang artina.Sarinah hingga 15 Februari 2022.

Karya seni instalasi itu membentangkan kain bak kanvas yang dibuat dengan metode kamasan khas Bali. Dia menggambar tubuh perempuan dengan rahim dan dada yang ditumbuhi pepohonan sebagai simbol.

Di bagian belakang bentangan kanvas itu ada animasi kolaborasi karya Merio Falindra dari Okular Project. Dalam animasi, ada kidung dengan bahasa Bali yang dinyanyikan oleh nenek Citra Sasmita.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Kepada detikcom, Citra Sasmita menuturkan Timur Merah Project sudah ditelitinya sejak 2017 namun baru dipamerkan di Jogja Biennale 2021. Dia meneliti tentang kitab kuno Jawa lama dengan naskah Durante Degli Alighieri, seorang penyair besar Italia dari Abad Pertengahan Akhir.

"Ini project jangka panjang sejak pameran Jogja Biennale tahun lalu, ternyata penelusuran narasi yang saya temukan itu paralel. Narasi yang kita terima di Nusantara ada hubungannya dengan Eropa," tutur Citra saat diwawancarai belum lama ini.

ADVERTISEMENT

Salah satu narasi yang ditemukan dalam dua kitab kuno itu adalah mengenai tubuh perempuan yang ditumbuhi pepohonan. "Dalam ilustrasi di Biblical ada kemiripan, gimana hubungan manusia dengan alam, ada simbol perempuan di lukisan Mediaval sebelum adanya Kristen abad ke-8," sambungnya.

Saat menjalani residensi di Brussel, Belgia, Citra pun menemukan riset yang lebih dalam lagi. Dia juga mewawancarai pelukis gaya kamasan khas Bali.

"Ini sebenarnya political statement aku, tubuh perempuan dalam dunia seni rupa itu diperlakukan hanya kemolekan sehingga citra tunggal saja. Mengesampingkan pengalaman dan realitas yang dialami perempuan," tambah Citra Sasmita.

Sejak awal berkarya di 2013, Citra selalu menyentil berbagai persoalan perempuan dan segala hiruk pikuknya. Dia juga mengangkat isu-isu sensitif mengenai feminisme dan maskulinitas, serta dunia seni rupa kontemporer.

Menurut Citra, karya-karyanya selalu menerabas segala tradisi yang ada. "Saya bukan seniman yang tumbuh dalam institusi seni, tapi menerabas semua tradisi-tradisi yang ada. Apa yang diwarisi institusi dan lebih fokus ke soal gagasan, ide, statement, dan misi seni," pungkas lulusan Ilmu Pendidikan Fisika tersebut.




(tia/ass)

Hide Ads