Serial monolog Di Tepi Sejarah resmi memulai musim kedua bertepatan dengan HUT ke-77 RI pada 17 Agustus 2022. Ada 5 episode yang ditayangkan dengan produksi dari Titimangsa Foundation.
Dimulai dengan episode pertama Kacamata Sjafruddin yang menceritakan tentang sosok Sjafruddin Prawiranegara, nantinya akan ada sosok Ismail Marzuki sampai Emiria Soenassa. Selanjutnya, sosok apa saja yang disiapkan Titimangsa Foundation di musim ketiga pada 2023?
Produser sekaligus pendiri Titimangsa Foundation, Happy Salma, menuturkan sudah menyiapkan dua sosok yang (mungkin) tidak terlalu dikenal oleh masyarakat umum.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kami (Titimangsa Foundation) sudah menyiapkan dua sosok yang berada di tepi sejarah dan mungkin saja belum banyak yang mengenalkan. Sudah tahap riset, dan tinggal 'menggoreng saja' namun semuanya masih lentur dan bisa berubah," kata Happy Salma saat ditemui di M Bloc Space, Jakarta Selatan.
Sosok-sosok yang telah diriset oleh Titimangsa Foundation sudah disiapkan sejak satu sampai 1,5 tahun yang lalu.
"Karena kan kami butuh juga untuk proposal sponsor dan itu sudah dipikirkan jauh-jauh hari," kata Happy Salma.
Kedua sosok tersebut, lanjut Happy, adalah Usmar Ismail yang dikenal sebagai sutradara film, sastrawan, dan juga pejuang Indonesia berdarah Minangkabau.
Berikutnya ada Roehana Koeddoes atau Rohana Kudus. Ia dikenal sebagai sosok wartawan pertama Indonesia yang meninggal pada 17 Agustus 1972.
Sosok Rohana Kudus juga penting dalam sejarah bangsa karena Presiden Jokowi menetapkannya sebagai pahlawan nasional pada 2019. Keputusan itu didapat dari pertemuan tentang Dewan Gelar, Tanda Jasa, dan Tanda Kehormatan dengan Presiden Jokowi.
Menurut Happy, Titimangsa Foundation selalu memposisikan peran perempuan dalam serial monolog Di Tepi Sejarah. "Harus ada perempuan. Saya berusaha seimbang dan agar ada suara perempuan di setiap lini. Ini hal yang penting," tegasnya.
Serial Di Tepi Sejarah produksi Titimangsa Foundation dan KawanKawan Media bekerja sama dengan Direktorat Perfilman dan Media Baru Kemdikbudristek digelar bertujuan untuk mengenalkan berbagai sosok penting bangsa yang mungkin saja terpinggirkan maupun luput dalam buku-buku sejarah.
(tia/wes)