Karya Taring Padi, lanjut dia, diterjemahkan secara sepotong. Tidak dinilai secara isu geopolitik yang ingin mereka sampaikan.
Ia berpendapat karya itu menjadi kontroversial karena orang Jerman yang menolak ekspresi seniman yang dinilai kaum minoritas atau negara dunia ketiga.
"Bahwa seni tinggi yang mereka jaga selama ini runtuh dengan perspektif baru yang ditawarkan oleh ruang rupa sebagai direktur artistik documenta. Bahwa documenta sebagai event besar dunia yang menjadi patron diskursus seni internationa yang terjadi 5 tahun sekali ternyata menghadirkan tawaran menarik yang tidak menjadi kultur kesenian barat yang telah mandeg," ungkap Citra.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Hal senada juga dituturkan oleh Ben Perrot dari El Warcha Design Studio kepada detikcom. Sejak beberapa bulan terakhir, documenta fifteen diserang oleh berbagai isu termasuk anti-Semitisme yang baru-baru ini dibahas.
![]() |
"Karya Taring Padi yang dibuat 20 tahun yang lalu menentang kekerasan dan perang, tapi satu karakter yang dilukis dengan salib David ditafsirkan sebagai anti-Semit. Kami mendukung Taring Padi dengan mengambil beberapa figur kardus dan meletakkannya di ruang kami sebagai tanda dukungan, meski karya itu dihapus permanen," katanya.
Dia menegaskan tak ada satu pun seniman yang dikurasi oleh ruangrupa menganut anti-Semit. "Ada diskusi dan interaksi luar biasa yang ada di documenta 15 dan ruangrupa melakukan pekerjaan yang luar biasa," tukasnya.
Simak Video "Video: Rencana Keluarga Lesti Bersama Anak Saat Liburan Sekolah"
[Gambas:Video 20detik]
(tia/dar)