Pembukaan documenta fifteen yang digelar di Kassel, Jerman, menuai kontroversi dengan tudingan anti-semitisme. Karya seni Keadilan Rakyat ciptaan Taring Padi asal Yogyakarta menjadi pembahasan hangat di kalangan pecinta seni.
Setelah Presiden Jerman dan direktur documenta buka suara, Taring Padi juga sudah menyatakan permintaan maafnya.
"Pemasangan spanduk Keadilan Rakyat (2002) adalah bagian dari kampanye melawan militerisme dan kekerasan yang kita saksikan selam 31 tahun kediktatoran militer Suharto di Indonesia dan warisannya, yang terus berdampak sampai saat ini," tulis Taring Padi melalui pernyataan terbuka yang dibagikan melalui akun Instagram pribadinya, Rabu (22/6/2022).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Taring Padi menegaskan semua tokoh dan simbol yang tergambar di dalam spanduk itu mengacu pada simbol yang tersebar luas dalam konteks politik Indonesia. Misalnya saja, isu mengenai pemerintahan yang korupsi, para jenderal militer dan tentaranya yang dilambangkan sebagai babi, anjing, dan tikus.
Simbol itu untuk mengkritik sistem kapitalis yang eksploitatif dan maraknya kekerasan militer. Taring Padi menerangkan spanduk itu pertama kali dipamerkan di Festival Seni Australia Selatan di Adelaide pada 2002.
Sejak itu, spanduk Keadilan Rakyat ditampilkan di berbagai tempat dan konteks yang berbeda.
Dalam pernyataannya, Taring Padi yang merupakan kolektif seniman berkomitmen untuk mendukung dan menghormati keberagaman.
"Karya kami tidak mengandung konten yang bertujuan untuk menggambarkan populasi manapun secara negatif. Karakter, tanda, karikatur, dan kosa kata visual dalam karya secara khusus terkait dengan budaya dan pengalaman kita sendiri (Indonesia)," tegasnya.
Pameran Keadilan Rakyat yang berada di Friedrichsplatz adalah representasi pertama spanduk dalam konteks Eropa dan Jerman. Taring Padi membantah karyanya terkait dengan anti-semitisme namun pihaknya tetap memohon maaf.
"Kami mohon maaf bahwa detail spanduk ini disalahpahami selain dari tujuan aslinya. Kami mohon maaf atas cedera yang disebabkan dalam konteks ini. Sebagai tanda hormat dan sangat menyesal, yang meliput karya kami dianggap menyinggung," terangnya.
"Karya itu kini menjadi monumen kesedihan atas ketidakmungkinan dialog. Kmi berharap monumen ini dapat menjadi titik awal untuk dialog baru," ungkap Taring Padi.
(Baca halaman berikutnya)
Simak Video "Video: Potret Busana Pernikahan Jeff Bezos dan Lauren Sanchez di Italia"
[Gambas:Video 20detik]