Tertunda selama dua tahun lamanya, akhirnya lakon Sampek Engtay produksi Teater Koma naik panggung. Pandemi COVID-19 yang juga melanda Indonesia turut membuat Teater Koma menunda lakon Sampek Engtay sampai empat kali.
Pada 5-6 Maret 2022, Sampek Engtay menjumpai para penontonnya atau sekitar 1.200 tiket yang sudah membeli sejak 2020. Pentasnya digelar di Ciputra Artpreneur Theater, Jakarta dengan protokol kesehatan yang ketat.
Pimpinan Produksi Teater Koma, Ratna Riantiarno, mengatakan setelah penantian cukup lama dan beberapa penyesuaian, lakon Sampek Engtay menjumpai para penikmatnya.
"Kami mengikuti prosedur yang berlaku saat PPKM. Penonton yang hadir menonton adalah 50% dari kapasitas gedung. Dengan kapasitas yang terbatas itulah, mereka yang menonton adalah pembeli tiket dua tahun lalu," katanya dalam keterangan yang diterima detikcom.
Menurut Ratna, itulah cara bagi Teater Koma yang tetap memberikan kontribusi terbaik bagi para penggemarnya yang telah menunggu selama dua tahun.
Lakon yang awalnya akan dipentaskan pada Maret 2020 mengisahkan tentang Engtay, gadis dari Serang, yang ingin bersekolah ke Betawi. Di masa itu, perempuan dilarang bersekolah.
Setelah berusaha keras meyakinkan orangtuanya, Engtay pergi ke Betawi dengan menyamar sebagai laki-laki. Saat tersesat di jalan, Engtay bertemu dengan Sampek, yang kebetulan hendak pergi ke sekolah yang sama.
Di sinilah awal mula cinta Engtay bersemi. Berbagai isyarat dia lemparkan kepada Sampek. Tapi, Sampek yang kutu buku dan rajin belajar sama sekali tidak sadar. Apakah Engtay akan membuka jati dirinya kepada Sampek? Bagaimanakah nasib cinta mereka?
"Dalam dua tahun penundaannya, lakon yang mengangkat tentang cinta dan isu sosial ini telah mengalami empat kali pergantian jadwal, dan penyuntingan ulang naskah untuk mengurangi durasi lakon untuk memberikan pertunjukan terbaik bagi 1.200 pembeli tiket yang telah menyimpannya dan berantusias untuk menyaksikan lakon ini sejak 2020," kata sutradara Nano Riantiarno.
"Tentunya, antusiasme dan kesabaran para penikmat seni memberikan kami energi dan semangat tersendiri untuk terus beradaptasi dengan segala perubahan," pungkasnya.
Simak Video "Momentum Tepat Teater Koma di Tengah Seruan All Eyes on Papua"
(tia/wes)