Sepeninggal maestro seni lukis Srihadi Soedarsono, ada satu cerita menarik dari lukisan yang pernah dibuatnya. Lukisan berjudul Air Mancar dibuat pada 1973 itu pernah dipamerkan di TMII, Jakarta Timur. Gara-gara lukisannya, Ali Sadikin sampai marah kepada sang seniman.
Saat peresmian Taman Mini Indonesia Indah (TMII) pada 20 April 1975, Srihadi Soedarsono memamerkan lukisan tentang kota Jakarta. Bukan pemandangan Ibu Kota yang indah, namun ia menampilkan landmark air mancur dipenuhi gedung bertingkat dan semrawutnya iklan reklame.
Dalam lukisan Air Mancar itu, ada iklan papan reklame dari Toshiba, Toyota, dan berbagai merek Jepang lainnya. Ali Sadikin yang melihat lukisan itu langsung marah dan membentaknya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Sontoloyo, apa ini reklame barang Jepang?" kalimat itu yang berada di atas lukisan Srihadi Soedarsono dan ditambahkan tanda tangan dari Ali Sadikin.
Seniman kelahiran Surakata itu pun langsung menyimpan lukisan agar tidak dilihat oleh Presiden Soeharto saat peresmian TMII kala itu.
Karya yang penuh dengan kritik sosial itu, diakui Srihadi memang menampilkan kesemrawutan kota Jakarta.
"Kok itu semua produk Jepang, kok balihonya produk Jepang, memangnya mau jadi kota Jepang? Padahal waktu itu yang namanya Undang-Undang soal papan iklan reklame belum ada. Waktu itulah Bang Ali sadar harus ada aturan," tambah Siti Farida, istri Srihadi, yang mendampingi wawancara dengan detikcom pada Agustus 2017.
Setelah melihat lukisan di pameran Srihadi, pihak Ali Sadikin keliling kota saat malam hari. Mereka melihat kondisi Ibu Kota yang saat itu memang semrawut.
Sahabat-sahabat Bung Ali sesama seniman pun menasehati sang gubernur. Akhirnya, Ali Sadikin pun minta maaf kepada Srihadi dan meminta waktu untuk bertemu dengannya.
"Saya senang dengan sikap Bang Ali yang sportif meminta maaf, itulah sifat pejabat. Dengan kesadaran tadi, saya ditantang untuk membuat lukisan kota Jakarta yang bersih dan kebetulan Balai Kota sedang membangun bangunan baru dan di lantai 23 butuh lukisan kota Jakarta," kata Srihadi.
Dari situ, lahirkan lukisan Menyingkap Jayakarta pada 1975 dengan tampilan lebih rapi dan indah. Ketika diperlihatkan pada Ali Sadikin, Srihadi mendapat pujian.
Setelah bertahun-tahun lamanya, ia kembali membuat lukisan mengenai Jakarta yang akhirnya diberi judul From Jayakarta to The Glorious Maritime Nation. Lukisan ini dibuat ketika Srihadi melihat perbedaan Jakarta di masa lampau dan masa kini dan dipamerkan di pameran tunggalnya pada 2017.
Ada beberapa ikon penting dari lukisan tersebut. Di antaranya Masjid Istiqlal, proyek jalan tol laut di Tanjung Priok dan Simpang Susun Semanggi, dan yang paling penting adalah Monas sebagai simbol utama Jakarta.
(tia/mau)