Melukis dengan media kanvas sudah jamak dilakukan pelukis. Pelukis yang satu ini menggunakan media kaca.
Adapun pelukis ini bernama Nugroho (43), yang tinggal di Magelang, Jawa Tengah. Ia melukis di kaca kali pertama saat masih duduk di bangku SD. Kemudian saat duduk di SMP, lukisannya mulai matang.
Awalnya melukis di kaca karena membantu orangtuanya. Orangtuanya, Waged dulunya dikenal sebagai pelukis kaca dengan motif wayang.
"Berawal dari ayah saya seorang pelukis kaca. Jadi tiap hari saya membantu, istirahat di rumah melihat ayah melukis dan secara tidak langsung saya mengamati, melihat akhirnya coba-coba terus bisa," kata Nugroho yang ditemui di Borobudur Peace Studio Dusun Ngaran II, Borobudur, Kabupaten Magelang, Jumat (7/1/2022).
Nugroho yang biasa dipanggil Nugi menuturkan, kali pertama menggambar di kaca dengan objek wayang baik gagrak (gaya) Solo maupun Jogja. Kemudian, teknik melukis di kaca dengan menggunakan cat besi atau kayu.
![]() |
Untuk melukis di kaca ini dengan teknik berbeda. Dimana yang dilukis kaca bagian belakang seperti orang melihat klise film. Terus sebelum melukis membuat sketsa di kertas baru dilukiskan di kaca, tapi bisa langsung melukis.
"Itu cukup menarik (melukis wayang) bagi saya. Karena menantang untuk ketelitian, kerapian, kedetailan, terus kombinasi warna juga disitu terdapat ornamen banyak batik," tutur Nugi.
"Setelah itu, lama-lama melukis jenuh dengan objek wayang. Saya belum beralih ke objek lain, tapi saya iseng gimana kalau wayang itu dilukis lebih kecil. Tantangannya tetap detail, tidak mengurangi isi dari wayang tersebut," ujarnya.
"Dulu mengerjakan objek wayang, cuma tinggal ambil satu warna terus di tuang di kaca tanpa ada respons kenakalan-kenakalan terhadap cat itu. Saya eksperimen, encerkan, kadang saya kerok. Saya hisap dalam artian teknik hisap, pakai spon atau apa. Pernah juga saya eksperimen pakai langes itu bagus banget, tapi teknik pengeringannya biar itu kan mudah rusak kalau tersentuh," ujar dia yang hingga sekarang menggunakan cat besi atau kayu, itu.
![]() |
Untuk lukisan kaca ukurannya tak sebesar di kanvas. Media kaca yang digunakan melukis dengan ketebalan 2 mm atau 5 mm. Kemudian hasil karya lukisan kaca yang jadi sekilas terlihat mirip jepretan foto sesuai dengan objek aslinya.
"Itu saya cari objek keliling keluar masuk kampung, kadang di persawahan, biasanya saya foto. Kadang foto itu jiwanya kurang dapat, ya saya nyeket lima kadang sampai 10 itu baru dapat," ujar dia yang pernah mengenyam pendidikan di ISI Yogyakarta, itu.
Pihaknya pernah menggelar pameran tunggal lukisan kaca di Lembaga Indonesia Prancis (LIP) Bandung sekitar tahun 2012 atau 2014, lalu. Ketika itu, menampilkan 30 lukisan kaca dengan berbagai objek.
![]() |
Terkadang juga saat melukis kacanya pecah. Namun yang membuatnya bikin menangis jika sudah finishing tinggal memasang frame ternyata kacanya pecah.
"Ya sudah risiko, pecah bagaimana caranya bisa macam-macam kedengkek (ketekan). Kadang terselip paku waktu finishing itu tinggal kasih tripleks kasih paku ternyata di dalam ada paku, dibalik (pecah). Sebetulnya lebih tebal lebih bagus, tapi itu kan juga kalau berat menyesuaikan frame trus cara mengerjakannya kalau berat juga kerepotan," kata dia.