5 Fakta Srihadi Soedarsono, Pelukis Bedhaya hingga Lukisan Sisi Lain Ibu Kota

5 Fakta Srihadi Soedarsono, Pelukis Bedhaya hingga Lukisan Sisi Lain Ibu Kota

Tia Agnes - detikHot
Senin, 03 Jan 2022 13:03 WIB
Srihadi Soedarsono menghadiri pembukaan pameran Menyingkap Ja(Ya)karta di Museum Seni Rupa dan Keramik Jakarta.
5 Fakta soal pelukis Srihadi Soedarsono, berikut di antaranya: Foto: Yayasan Mitra Museum Jakarta
Jakarta -

Nama Prof Kanjeng Raden Haryo Tumenggung Srihadi Soedarsono Adhikoesoemo atau dikenal dengan Srihadi Soedarsono dikenal pelukis kenamaan yang telah mendunia.

Karya pelukis kelahiran 12 April 1931 itu dikenal dengan karya-karya lanskap Indonesia. Lukisan ciptaannya juga muncul dalam bentuk simplifikasi dengan garis horison yang kuat.

Lukisan-lukisannya juga menimbulkan figur-figur puitis yang terinspirasi ajaran Zen. Berikut 5 fakta Srihadi Soedarsono beserta karya-karyanya seperti dirangkum redaksi detikcom:

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

1. Anggota Seniman Muda

Srihadi Soedarsono pernah diangkat menjadi anggota Tentara Pelajar di rentang 1945 hingga 1948 sebagai wartawan pelukis yang menciptakan poster-poster untuk Balai Penerangan Divisi IV BKR/TKR/TNI di Solo. Karier militernya berakhir 1948 ketika terjadi rasionalisasi dengan pangkat sersan mayor dan bersekolah lagi di SMA II Surakarta.

Maestro Seni Lukis Srihadi Soedarsono menggelar pameran tunggal dan meluncurkan buku bertajuk 'Man x Universe' di Galeri Nasional Jakarta. Menteri BUMN Erick Thohir pun membuka secara resmi acara tersebut.Maestro Seni Lukis Srihadi Soedarsono menggelar pameran tunggal dan meluncurkan buku bertajuk 'Man x Universe' di Galeri Nasional Jakarta. Menteri BUMN Erick Thohir pun membuka secara resmi acara tersebut. Foto: Rachman Haryanto

Pada 1947-1952, dia bergabung dalam Seniman Indonesia Muda di Solo dan Yogyakarta. Srihadi tercatat sebagai anggota aktif dalam pembentukan Himpunan Budaya Surakarta di Solo.

ADVERTISEMENT

Srihadi Soedarsono juga aktif mengikuti pameran-pameran seni rupa di Solo dan Yogyakarta.

2. Ciri Khas

Lukisan-lukisan Srihadi Soedarsono punya proses panjang. Dalam berbagai literatur dicatat, di awal penciptaan karya Srihadi banyak terpengaruh dengan geometris sintetik.

Merenungi Lukisan Banjir hingga Emas Papua di Lukisan Srihadi SoedarsonoMerenungi Lukisan Banjir hingga Emas Papua di Lukisan Srihadi Soedarsono Foto: Rachman Haryanto/ detikcom

Tapi di 1960, dia mulai menuju eksperimentasi pada bentuk abstrak dengan potongan kertas dan spontanitas warna.

Di dekade 1970-an, Srihadi Soedarsono cenderung melukis impresionis dan ekspresionis.

3. Lukisan Bedhaya

Srihadi Soedarsono juga dikenal kerap melukis obyek Borobudur dan tarian khas Bedhaya. Salah satu lukisan terkenalnya adalah Bedhaya Ketawang yang ukurannya hampir dua meter.

Pameran tunggal Srihadi SoedarsonoPameran tunggal Srihadi Soedarsono Foto: Tia Agnes

Kurator seni Rikrik Kusmara menuturkan karya-karyanya tetap konstekstual dengan kebudayaan yang berkembang saat ini. Bahkan saat pelukis lain belum pernah membuat lukisan Borobudur, ia sudah menggambarkannya dengan saat indah di tahun 1947.

4. Sketsa Borobudur

Srihadi Soedarsono banyak melukiskan tentang pemandangan Borobudur dalam karya0karyanya. Menurut Srihadi, Borobudur adalah simbol religi dan spiritualitas.

Pameran tunggal Srihadi SoedarsonoPameran tunggal Srihadi Soedarsono Foto: Tia Agnes

Kurator pameran tunggal Srihadi Soedarsono, Rikrik Kusmara mengatakan seri Borobudur menjadi semacam kontemplasi atau perenungan.

Selain membuat sketsa Borobudur, Srihadi juga melukis lukisan seperti Borobudur - Moment of Contemplation, Borobudu - The Power of Life, The Mystical Borobudur, Borobudur-the Energy of Nature sampai Borobudur Drawing.

5. Sisi Lain Jakarta

Pada Agustus 2017, di pameran tunggal Srihadi Soedarsono jelang ulang tahun ke-90, Srihadi Soedarsono melukiskan evolusi Ibu Kota lewat 'Jayakarta'.

Srihadi SoedarsonoSrihadi Soedarsono Foto: Istimewa/ Srihadi Soedarsono

Lukisan 'Jayakarta' kisahnya bermula dari lukisan 'Air Mancar' yang memicu kemarahan Ali Sadikin. Karya yang menghasilkan karya yang menggambarkan kota Jakarta, sejak tahun 1527 sampai 1970-an itu dibuat bersama Bengel Dharmakarya di lapangan kampus ITB yang dapat mengakomodasi lukisan berukuran besar.

Awalnya, lukisan tersebut dipajang di ruang khusus untuk menjamu tamu penting pemerintahan di Balai Kota DKI. Namun, setelah Ali Sadikin tidak lagi menjabat, ruangan tersebut tidak lagi digunakan sebagai tempat menerima tamu.




(tia/wes)

Hide Ads