5 Fakta Sosok Raden Saleh yang Tak Diketahui Publik

5 Fakta Sosok Raden Saleh yang Tak Diketahui Publik

Tia Agnes - detikHot
Rabu, 08 Des 2021 09:24 WIB
Lukisan potret Raden Saleh karya Johann Karl Ulrich BΓ€hr: Portrait of Prinz Raden Saleh Syarif Bustaman,1842
Lukisan potret yang menggambarkan sosok Raden Saleh. Foto: Istimewa
Jakarta -

Sosok Raden Saleh selalu menarik perhatian para pencinta seni Asia dan dunia. Lukisan-lukisannya diburu kolektor Indonesia dan mancanegara, salah satu yang fenomenal adalah Forest Fire yang dikoleksi oleh Galeri Nasional Singapura.

Secara khusus, Galeri Nasional Singapura membuat satu ruang khusus untuk lukisan sang maestro yang dijuluki Pelukis Sang Raja. Selain karya harimau yang berada di kebakaran hutan, ada Merapi, Eruption by Day (1865) dan Merapi, Erupion by Night (1865).

Di balik kepopuleran nama besar Raden Saleh, berikut 5 fakta tentangnya yang tak diketahui publik di antaranya:

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

1. 25 Tahun Tinggal di Eropa

Raden Saleh yang merupakan pelopor seni rupa di Indonesia tinggal di daratan Eropa selama 25 tahun dan bergaul dengan kalangan elit di sana. Ketika Raden Saleh ke Belanda, perang Diponegoro sedang menuju akhir dan Belanda menuju kemenangan.

Dua tahun pertama saat Raden Saleh di Belanda, ia tinggal dalam tanggungan kerajaan Belanda. Menurut karya tulis Harsja Bachtiar, seperti yang disampaikan kurator Nirwan Dewanto kepada detikHOT dalam sebuah wawancara, Raden Saleh terus mendekatkan hubungan dengan bangsawan dan borjuis utama Eropa.

ADVERTISEMENT

Saat itu ia diperkenalkan sebagai Pangeran Jawa dan tidak berusaha membantahnya. Raden Saleh juga merancang pakaiannya sendiri, sebagian Jawa dan sebagian lagi merupakan karangannya.

Lukisan Raden Saleh A View of Megamendung atau Pemandangan Megamendung Dilelang Rp 24,8 MiliarLukisan Raden Saleh A View of Megamendung atau Pemandangan Megamendung Laku Terjual Rp 36 Miliar di Prancis pada 2 Desember 2021. Foto: Courtesy of Jack-Phillippe Ruellan Auction

2. Gelar Pelukis Sang Raja

Setelah lebih dari dua dekade tinggal di Eropa dan namanya diakui, Raden Saleh kembali ke Hindia Belanda (Indonesia. Dia diberi gelar Pelukis Sang Raja oleh Raja Willem III.

Predikat ini pernah dipertanyakan oleh sejarawan Onghokham pada 1994, karena dianggap ganjil. Di masa abad ke-17, Belanda punya pelukis besar seperti Rembrandt.

3. Anggota Pertama Peneliti di Belanda

Raden Saleh tak hanya dikenal sebagai pelopor seni modern di Indonesia saja, namun juga ilmuwan. Dia diketahui sebagai anggota pertama dari Koninklijk Institut Voor taal- Land - en Volkenkunde (KITLV) pada 1851.

KITLV adalah institusi pengkajian Asia Tenggara dan Karibia milik Kerajaan Belanda. Direktur KITLV-Jakarta, Dr Rogel Tol, kepada detikHOT dalam wawancara pada 2013 memberikan bukti tersebut.

"Raden Saleh termasuk anggota tertua KITLV, saya bisa tunjukkan daftar anggota pertama KITLV, dan disana ada namanya, Raden Saleh - Batavia," ujar Dr. Roger Tol.

(Baca halaman berikutnya soal fakta tentang sosok Raden Saleh)

4. Berasal dari Keluarga Pejuang

Salah satu keturunan Raden Saleh, Dr George H Hundeshagen, dalam wawancara kepada detikHOT pada Agustus 2013 menuturkan sejarah keluarganya tersebut.

Dua orang sepupu dari Raden Saleh Syarif Bustaman, yang bernama Raden Sukur atau nama aslinya Raden Panji Adi Negara, juga yang bernama Raden Saleh alias Arya Natadiningrat adalah putra dari Bupati Semarang Kyai Adipati Suryamangalla atau Suraadimanggala. Keduanya ikut berperang bersama Pangeran Diponegoro.

Karena ini ayah dan adik dari Raden Sukur ditangkap oleh Belanda pada tahun 1825. Mereka dipenjara di tahanan 'Maria van Reygersbergen' kemudian dikirim ke Surabaya dan masuk tahanan 'Pollux'.

Setelah itu mereka diasingkan ke Ambon dan Sumenep. Hingga Kyai Adipati Suryamangalla, meninggal disana Pada 20 Juli 1827. Raden Sukur yang terus setia pada Pangeran Diponegoro pun akhirnya ditangkap pada 26 Juli 1829.

"Seperti apa yang Anda lihat, keluarga kami sangat menderita. Karena dukungan setia untuk Pangeran Diponegoro dan tujuan mulianya. Mereka juga dianggap aib oleh kekuasaan kolonial Belanda," kata George.

Lukisan Raden Saleh 'Perburuan Banteng'Lukisan Raden Saleh 'Perburuan Banteng' yang Laku Terjual Hampir Rp 150 Miliar di Prancis. Foto: Jack Philipp Ruellan Auction

5. Buktikan Jawa dan Belanda Setara

Dr George H Hundeshagen juga menceritakan soal paman buyutnya Raden Saleh yang membuktikan lewat seni, Jawa dan Belanda setara.

"Ia membawa dirinya pada tingkat yang sama dan membuatnya bisa memandang sejajar kekuatan kolonial," ungkapnya.

Namun banyaknya versi dan kesalahpahaman akan Raden Saleh, menurut George karena Raden Saleh yang menguasai lima bahasa dengan fasih ini, menapaki panggung modernisasi budaya dan sosial Jawa terlalu dini. Ia membuktikan bahwa Orang Jawa bisa mengungguli teknik dalam budaya eropa.

Lukisan Raden Saleh juga yang pertama dijadikan topik representasi, interpretasi dan komentar dalam rumpun seni rupa Asia Tenggara.




(tia/dal)

Hide Ads