Sukses dengan Entang Wiharso, Gatot Indrajati, Shooshie Sulaiman hingga perupa asal Bali Citra Sasmita, Museum MACAN dan UOB Indonesia memilih perupa lainnya untuk ruang seni anak. Di penghujung 2021, kelompok kolektif perupa asal Bandung, Tromarama, terpilih untuk ruang seni anak.
Direktur Museum MACAN, Aaron Seeto menuturkan masa pandemi mengubah pengembangan untuk ruang seni anak agar terhubung dengan teknologi.
"Pengembangan ini digarap selama dua tahun selama hampir masa pandemi dengan riset yang mendalam. Sejak kami membuat ruang seni anak di tahun 2018, kami selalu ingin bekerja dengan seniman yang juga karya seninya terhubung dengan teknologi," tutur Aaron Seeto dalam jumpa pers virtual The Lost Jungle, Rabu (1/12/2021).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Tromarama yang dipilih oleh Museum MACAN dan UOB bekerja menggabungkan antara seni dengan teknologi. Mereka menghadirkan proyek seni berjudul The Lost Jungle atau Hutan yang Hilang yang mengeksplorasi hubungan antara manusia, alam, dan teknologi.
"Di masa pandemi ini, semua orang bekerja dan bertahan menggunakan teknologi. Saya senang akhirnya kami bisa menampilkan proyek seni yang bisa terhubung di seluruh dunia," sambungnya.
![]() |
Proyek ruang seni anak The Lost Jungle dihadirkan secara hibrid. Bagi pengunjung yang ingin menikmati karya seni dari rumah bisa melihatnya lewat situs dan bermain dengan makhluk-makhluk imajiner yang mereka ciptakan.
Untuk ruang fisik Museum MACAN, para pengunjung bisa menikmati karya seni imersif dan interaktif tersebut mulai 4 Desember 2021.
"The Lost Jungle merupakan simulasi hutan virtual yang terhubung dengan pergerakan cuaca di Jakarta. Partisipan bisa ikut terlibat di karya ini, dari postingan gambar yang diambil berbagai fauna. Di aplikasi sepenuhnya dikendalikan oleh cuaca Jakarta secara realtime," tutur Ruddy Hatumena.
Di dalam The Lost Jungle atau Hutan yang Hilang, anak-anak dan keluarga akan mendapat pengalaman berupa simulasi digital secara langsung dari hutan yang merespons pada keadaan cuaca terkini di Jakarta. Ekosistem digital dan pergerakan dari makhluk yang menghuni hutan virtual yang berada di museum akan diaktivasi melalui data cuaca yang didapatkan secara real time. Seperti formasi awan, intensitas hujan, dan kecepatan angin.
Karya lain yang ditampilkan adalah 40oC Fable (2021), yakni sajian video tiga kanal yang merespons pergerakan pengunjung melalui sebuah sensor gerak. Sensor ini akan menangkap gerakan
pengunjung di depan layar kemudian menunjukkan bahwa kegiatan manusia membawa dampak terhadap lingkungan.
Para pengunjung juga bisa mengakses sebuah katalog digital berjudul The Lost Jungle: Fauna Archive, melalui tautan khusus di www.museummacan.org/cas/the-lost-jungle untuk mempelajari mengenai hewan langka atau hewan yang telah punah. Melalui situs ini, mereka dapat menciptakan makhluk imajiner versi mereka sendiri dengan menggunakan bentuk, tekstur, dan warna yang terinspirasi dari hewan-hewan tersebut.
"Makhluk-makhluk imajiner yang para pengunjung buat juga akan menghuni instalasi digital Tromarama: The Lost Jungle di museum," sambungnya.
Pameran ruang seni anak The Lost Jungle akan dibuka pada 4 Desember 2021 dan berlangsung hingga 15 Mei 2022.
![]() |
(tia/wes)