Gelaran Pameran Indonesian Contemporary Art & Design (ICAD) yang memasuki tahun ke-11 penyelenggaraannya membawa terobosan baru. Kali ini, pameran tak hanya dilangsungkan di venue utama saja, tapi tersebar di kawasan elit Jakarta Selatan, yaitu Kemang.
Festival Director ICAD, Edwin Nazir mengungkap pihaknya sejak awal selalu berupaya mendekatkan seni dan desain kepada masyarakat. Melalui gelaran bertajuk PUBLIK kali ini, ia ingin mendekatkan publik pada karya seni dan desain yang bisa dinikmati publik, serta membuat publik bisa merespons karya.
Tak hanya menampilkan tema kuratorial yang berbeda melalui PUBLIK, Edwin mengatakan di ICAD XI kali ini, pihaknya juga mempersembahkan #KEMANG12730 untuk merayakan desain dan seni yang unik dan khas dari Jakarta Selatan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Tahun ini menjadi lebih spesial karena kami mencoba untuk kali pertama menggagas festival platform desain dan seni tapi yang berbasis wilayah. Akhirnya kami coba undang teman-teman di sekitar Kemang untuk ikut berpartisipasi, ternyata responsnya sangat baik," ungkap Edwin saat ditemui di Pembukaan Pameran Indonesian Contemporary Art & Design (ICAD) XI di Jakarta, Kamis (21/10/2021).
Ia mengatakan, ada 52 partisipan program #KEMANG12730 di wilayah Kemang dari berbagai venue dan brand yang telah melalui tahap kurasi. Adapun nomor unik dalam tajuk program ini ternyata merupakan kode pos dari wilayah Kemang.
"Setiap partisipan itu bikin program dan pameran sendiri juga. Cita-cita besarnya, suatu hari seluruh toko dan apapun galeri yang ada di daerah Kemang kita bisa sama-sama bikin festival. Mungkin kalau pandeminya sudah usai kita bisa bikin acara di jalan, jadi seperti festival yang benar-benar bisa dinikmati oleh publik," katanya.
![]() |
Edwin menjelaskan 52 partisipan di lokasi berbeda ini terdiri dari galeri seni, showroom furnitur, butik, kafe, restoran, hotel, dan lain sebagainya. Meski dinilai belum berskala besar, Edwin mengatakan inisiasi ini sudah cukup baik sebagai langkah awal. Ia pun berharap tahun depan akan lebih banyak partisipan yang bergabung dalam program ini, sehingga orang yang datang ke wilayah Kemang akan tahu kalau area ini juga merupakan area seni dan desain.
"Kemang itu kan cukup unik ya, hampir semua ada di sini. Kalau ngomongin toko furnitur, kerajinan yang sangat lokal ada kemudian barang impor juga dijual di sini. Lalu kafe dan restoran yang kelas atas sampai warung kaki lima yang larisnya sama juga bisa berdekatan. Jadi menurut kami ini wilayah yang unik dan bisa dirayakan kebersamaan ini," terangnya.
Lebih lanjut, Edwin menjelaskan gelaran ICAD XI akan berlangsung mulai 21 Oktober hingga 28 November 2021. Adapun di venue utama, yakni GrandKemang Hotel menampilkan karya dari 50 seniman yang 8 di antaranya merupakan seniman dari luar negeri.
Ia menyebutkan, sejumlah seniman asing yang terlibat berasal dari China, Jepang, Singapura, Serbia, Myanmar, Filipina. serta Prancis. Untuk karya dari seniman asing, lanjut Edwin, kebanyakan bersifat video art karena lebih mempermudah proses pengiriman. Meski demikian, ada juga karya berbentuk lukisan dan printing.
Merespons keadaan pandemi, Edwin mengungkap pihaknya kali ini akan menyelenggarakan pameran secara hybrid. Ia menjelaskan, event talkshow dan program lain dalam rangkaian ICAD yang biasa dibuat secara offline akan dihadirkan secara online tahun ini. Bahkan, pihaknya juga akan membuat tur pameran yang bisa dinikmati secara online sehingga pengunjung dari manapun bisa merasa seperti dibawa ke area pameran sesungguhnya.
Ia pun menjelaskan pihaknya berupaya menampilkan karya yang beragam. Serta membuat suatu karya tak hanya dinikmati kalangan terbatas saja.
"Dari awal kita bikin di area GrandKemang Hotel tapi tidak menggunakan ballroom, jadi bukan seperti pameran yang tertutup. Karyanya bisa berserakan di mana-mana, jadi areal publik tetap terpakai. Ini bagian dari upaya kami mendekatkan kepada publik," kata Edwin.
"Terkait peserta, kita mencoba untuk beragam. Ada peserta seniman yang bisa dibilang maestro, kami juga mengundang seniman muda ada open submission yang dipilih oleh kurator ada 5 seniman terpilih," imbuhnya.
Adapun di antara kelima puluh peserta, muncul nama Gubernur Jawa Barat, Ridwan Kamil yang ikut menyumbang karya dalam gelaran ini. Pria yang akrab disapa Kang Emil ini mengaku karya yang ditampilkannya merupakan ekspresi yang ia tuangkan sebagai cara mengatasi stres akibat pandemi COVID-19.
Kang Emil mengungkap, ia diminta langsung oleh kurator ICAD XI untuk menampilkan karya. Adapun karya berjudul 'Neo Public Face' yang ditampilkannya menggambarkan soal redefinisi publik pascapandemi COVID-19 berlangsung.
Dalam kesempatan ini, Kang Emil pun menyampaikan dukungannya pada perayaan pameran seni dan desain di bilangan selatan Jakarta ini.
"Intinya, saya dukung acara ini. Kalau acara sudah 11 kali, itu artinya mereka konsisten. Karena teorinya kalau bikin event udah lebih dari 5x berarti umurnya panjang. Jadi ICAD XI ini luar biasa, dan diselenggarakan saat COVID-nya sudah surut kan," ujar Kang Emil.
Ia pun mengungkap beberapa waktu lalu menghadiri PON XX Papua yang diselenggarakan saat COVID sudah surut. Menurutnya, gelaran pameran ini pun membawa spirit serupa di tengah kondisi yang sama.
"Jadi semangat itu muncul lagi bahwa Insyaallah kita itu hidup bisa normal lagi. Manusia bisa tidak hanya mikirin COVID, tapi mikirin produktivitas, kontemplasi, dan lain sebagainya. Saya doakan supaya jadi internasional event yang luar biasa," pungkasnya.
(ncm/ega)