Wayang, salah satu warisan budaya tertua di Indonesia. Dalam dunia pewayangan, salah satu faktor penting yang menjadi elemen utama di pertunjukkan seni ini adalah dalang.
Secara terminologi bahasa Jawa, dalang berasal dari akronim ngudhal piwulang. Ngudhal artinya membongkar atau menyebarluaskan, dan piwulang berarti ajaran, pendidikan, ilmu, dan informasi. Sebelum pertunjukkan wayang dimulai, biasa diiringi dengan musik Ayak-ayak Manyura yang merupakan musik pembukaan seni pertunjukkan wayang.
Dalang memiliki keahlian unik tersendiri. Banyak keahlian dalang yang tidak bisa dijelaskan oleh logika, tetapi hal ini yang selalu menarik dibahas. Menurut Sujiwo Tejo, jika kita mendalang di suatu desa dan di desa itu ada maling, maka kamu jangan mengaku dalang jika kamu tidak tahu siapa malingnya. Dalang juga harus memberi nama seorang bayi jika bayi itu lahir di daerah di mana dalang itu pentas. Sujiwo Tejo bercerita dia mungkin tidak 'sesakti' yang lain, namun dia bercerita untuk menghalang hujan, dia bercerita bahwa ia masih sanggup.
Salah satu yang harus nilai yang harus ditanamkan oleh dalang di setiap pertunjukkannya adalah tidak boleh membenci atau pun mengagumi tokoh wayang. Jika dalang tidak bisa menjaga nilai itu maka cerita yang dibawakan tidak akan tersampaikan dengan benar.
Wayang sendiri terdapat banyak jenisnya. Salah satu tempat yang memiliki koleksi wayang adalah Museum Wayang, yang terletak di Kota Tua, Jakarta. Museum ini mempunyai 6.863 koleksi wayang dari seluruh penjuru Indonesia.
Salah satu yang menarik yang dikoleksi oleh mereka adalah Wayang Intan dan juga Blencong. Blencong merupakan alat penerangan yang digunakan saat pementasan wayang zaman dahulu menggunakan minyak kelapa.
Dari sebuah kebudayaan yang sudah diakui dunia, kita dapat belajar bahwa keberagaman dan warisan negara merupakan salah satu harta yang paling berharga. Bukan hanya sebuah warisan turun-temurun, tapi juga memiliki makna di dalamnya. Karena budaya adalah identitas siapa kita sebenarnya.
(ads/ads)