Maestro seni tari legong Ayu Bulantrisna Djelantik meninggal di usia 74 tahun. Kepergian sang maestro asal Bali itu membuat dunia seni berduka.
Koreografer sekaligus penari asal Solo, Didik Nini Thowok, yang berkali-kali kolaborasi bareng Bulantrisna Djelantik masih mengingat kenangan terdalam bersamanya.
Salah satunya, saat keduanya diundang untuk menari di Museum Vienna, Austria, sekaligus memajang kostum tarian tersebut.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kami tampil sepanggung berkali-kali ya, antara lain yang bergengsi saat menari di Museum Vienna, Austria. Waktu itu tahun 2012, saya dengan Bu Bulan perwakilan dari Indonesia dipilih museum untuk pameran kostum dan menarikan karyanya di sana," tutur Didik Nini Thowok saat dihubungi detikcom, Rabu (24/2/2021).
Didik Nini Thowok mengaku hubungannya bersama Bulantrisna Djelantik terbilang dekat sekali.
"Beliau dapat kehormatan untuk tampilkan karya di sana, saya juga. Kami sempat tampil bareng di panggung yang sama," sambungnya.
Pertemuan berikutnya yang terkenang oleh Didik Nini Thowok saat mereka menerima penghargaan dari Keraton Mangkunegaraan Surakarta bersama mendiang lengger Dariah, Retno Maruti, dan 6 seniman lainnya.
Menurut Didik Nini Thowok, sosok Bulantrisna Djelantik adalah maestro seni tari tradisional yang tidak pernah membedakan antara junior dan senior.
"Beliau sangat memajukan dunia seni tari Bali, salah satu maestro yang berarti banget. Indonesia benar-benar kehilangan sosoknya," katanya.
Karya-karya yang diciptakan Bulantrisna Djelantik diakui di Tanah Air dan internasional. Sebelumnya, pendiri bengkel tari Ayu Bulan juga pernah kolaborasi dengan Retno Maruti untuk menari tari legong dan bedhoyo.
"Bu Bulan juga membuat banyak inovasi dalam pengembangan tari legong, salah satunya gulungan hiasan kepala penari legong yang dibuat secara sederhana," ucap Didik Nini Thowok.
Bulantrisna Djelantik meninggal pada Rabu (24/2/2021) pukul 00.30 di Jakarta. Anak Agung Ayu Bulantrisna Djelantik berpulang di usia 74 tahun.
Sejak kecil, Bulantrisna Djelantik yang merupakan cucu dari raja terakhir di Kerajaan Karangasem, Bali, sudah mencintai dunia tari tradisional. Di usia 10 tahun, ia diundang oleh Presiden Soekarno untuk menari di Istana Presiden di Tampaksiring, Gianyar, Bali.
Pada 1994, ia mendirikan bengkel tari bernama Ayu Bulan. Salah satu kreasi tari ciptaannya yakni tari legong Asmarandana.
Perempuan kelahiran Belanda, 8 September 1947 silam itu juga dikenal sebagai dokter spesialis THT dan pengajar di Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran Bandung.
(tia/nu2)