Rama menuduh Shinta berselingkuh dengan pria lain. Shinta pun dirudung kesedihan mendalam. Lewat tarian berjudul 'Sita Rasmi' atau berarti 'Perasaan Sita', Bulan menarikannya selama 10 menit di ajang 'Stop Violence with Art' yang diselenggarakan oleh Suara Hati di Erasmus Huis, Kuningan, Jakarta Selatan.
Kepada awak media, Bulan menceritakan mengenai inspirasi tarian yang diadaptasi dari epos Ramayana tersebut. "Saya mengambil cerita ketika Shinta menceritakan apa yang terjadi terhadapnya kepada Bagawan Walmiki bahwa Rama menuduhnya berselingkuh," ucapnya, Kamis (12/5/2016) malam.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dalam tarian, Bulan menggunakan tiga topeng yang berbeda. Pertama, topeng bahagia yang menyimbolkan kisah percintaan ketika bersatu dengan kekasih yang dicintainya, Rama. Kedua, topeng kemarahan.
"Di topeng ini Shinta bersedih karena Rama justru mendengarkan gunjingan orang-orang sekitarnya dan tidak mendengar penjelasan Shinta. Ia marah, sakit hati, dan sedih," jelas Bulan.
Di topeng ketiga, yakni topeng ketenangan. Shinta menyerahkan jiwa dan raganya untuk masuk ke dalam api. Di sini, terlihat gerakan dan wajah Shinta sudah mulai ikhlas. "Dia menyerahkan raganya dan melepaskan kemarahan."
Topeng sengaja digunakan Bulan sebagai simbol perlawanan bagi kekerasan terhadap perempuan. Di kampung kelahirannya, Pulau Dewata, lanjut Bulan, penari perempuan solo yang menari tidak boleh menggunakan topeng. Karena biasanya, topeng penari tunggal hanya dipakai oleh pria.
Bulan pun berkolaborasi dengan koreografer Wayan Dibia dan pembuat topeng Ida Bagus Anom. Pada 2005 silam, tariannya pertama kali dipentaskan oleh Bulan sendiri.
"Lewat Sita Rasmi, Shinta menunjukkan kekuatan seorang wanita dan memperlihatkannya kepada Rama. Kisah ribuan tahun lalu ini masih konsisten sampai sekarang dan terus berulang tak berakhir," tandas Bulan.
(tia/mmu)