Uniknya, legenda Tiongkok tersebut dipentaskan dengan tari khas Bali yaitu tari Legong. Pertunjukan 'Sampik Engtay' ini menceritakan tentang tragedi dua insan yang saling mencintai.
'Engtay' adalah perempuan muda yang menyamar sebagai laki-laki untuk mencapai keinginannya sekolah, dan jatuh cinta dengan teman seasramanya yaitu 'Sampik'. Sayangnya, 'Engtay' telah dijodohkan dan mereka pun kawin lari.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Koreografer Legong 'Sampik Engtay' Made Suartini menceritakan jika koreografi pementasan ini adalah hasil interpretasi geguritan yang diceritakan kembali lewat gerak dan tarian. "Semua aspek ceritanya, mulai dari gerakan tari sampai pada kostum, disesuaikan dengan kondisi Bali pada tempo dulu sehingga akar budaya Bali masih sangat kental dalam pementasan ini. Saya harap para pengunjung dapat memahami cerita yang dibawakan dan merasa terhibur akan pertunjukan ini," katanya.
Pementasan ini dimulai dengan video berdurasi 20 menit dokumentasi perjalanan 'Legong Sampik Engtay'. Sebelumnya pernah dipentaskan di 'Reflection Community Arts Festival' Singapura 2014 lalu. Sepanjang karier Bengkel Tari AyuBulan sejak 1994, komunitas tari ini selalu berusaha menampilkan karya tradisi dan bekerja sama dengan berbagai disiplin ilmu.
Selama satu tahun, bengkel tari ini menyiapkan pementasan. Pendiri Bengkel Tari AyuBulan Bulantrisna Djelantik juga mengatakan sukses pagelaran ini adalah awal bagaimana sebuah ide atau gagasan dapat direalisasikan.
"Legong Sampik Engtay merupakan cita-cita dari dulu dan akhirnya terwujud dengan adanya kerja keras dan kerja sama dari seluruh pihak," ucapnya.
(tia/mmu)