Pameran Seni HereAfter Gandeng Dua Kurator Indonesia dan 7 Seniman Singapura

Pameran Seni HereAfter Gandeng Dua Kurator Indonesia dan 7 Seniman Singapura

Tia Agnes - detikHot
Kamis, 26 Nov 2020 15:27 WIB
Pameran seni HereAfter yang dikuratori ARCOLABS di Singapura
Pameran seni HereAfter digelar pada 26 November-2 Desember 2020 Foto: ARCOLABS/ Istimewa
Jakarta -

Pameran seni HereAfter menggandeng dua kurator seni asal Indonesia dari ARCOLABS bekerja sama dengan 7 seniman Singapura. Eksibisi yang mengeksplorasi perspektif tentang kematian dan kehidupan akhirat dibuka hari ini sampai 2 Desember 2020 di The Substation, Singapura.

HereAfter berawal dari proyek riset kuratorial yang diorganisir oleh ARCOLABS yang berkolaborasi dengan kolektif seniman The Dung Beetle Project dan therightbelief. Pada 2018, dua seniman melakukan residensi di Jakarta dan seharusnya tahun ini dua kurator Indonesia adalah timbal baliknya.

Pandemi COVID-19 mengubah rencana ARCOLABS sehingga segala persiapan pameran dibuat secara virtual.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Kurator Evelyn Huang dari Indonesia mengatakan selama proses persiapan pameran HereAter, pihaknya berupaya mendokumentasikan keberagaman Singapura soal kematian dan kehidupan akhirat.

"Pameran ini kami anggap sebagai respons praktisi seni terhadap situasi pandemi yang kita hadapi bersama. Kematian menjadi persoalan statistik harian dan protokol kesehatan yang mengubah ritual yang sebelumnya kita lakukan," tambah kurator Nin Djani.

ADVERTISEMENT

Jika pameran yang diselenggarakan ARCOLABS sebelumnya menggandeng seniman dua negara atau lebih, tapi kini fokus kepada seniman Singapura.

"HereAfter menjadi unik karena terpusat pada seniman Singapura. Kami dari para kurator berharap pendekatan ini bisa ditampilkan lewat narasi-narasi kecil sebagai kekuatan sentral," timpal Evelyn Huang.

Seniman Singapura yang berpartisipasi di antaranya adalah Akai Chew, Asyraf Said, Eugene TYZ, Jason Lim, ai Lam, Nicole Phua, Reza Hasni sampai Vimal Kumar.

Para seniman menginterpretasikan ulang ritual persembahan secara kontemporer. Ada juga Asyraf Said yang membahas tentang amal sebagai catatan kehidupan manusia. Reza Hasni menampilkan konsep keramat ke ranah digital.

Sedangkan Akai Chew dan Eugene TYZ menggambarkan kompleksitas memori dan keterikatan sentimental soal kehilangan.

"Terlibat di pameran HereAfter memperkenalkan saya kepada tradisi dan kebudayaan lain yang juga ada di Singapura tapi belum saya kenal," tukas seniman Nicole Phua.




(tia/doc)

Hide Ads