Festival seni berbasis teknologi Media Art Globale 2020 masih bisa dilihat sampai 30 November 2020. Pameran seni yang menggandeng para pelaku seni kreatif lintas disiplin itu mengundang duo seniman WSTG.
Mereka menampilkan karya berjudul Abstract Concert Extended Reality yang membuat siapa pun melihat seperti konser digital.
Kepada detikcom, Windy Setiadi asal Jakarta menceritakan mengenai karya kolaborasinya bersama dengan Thomas Geissl yang tinggal di Munich, Jerman.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Sebenarnya kami (WSTG) ingin mempersembahkan sebuah wadah yang bersifat multi-directional, di mana pengguna platform tidak hanya berperan sebagai penonton tapi juga mendapat kesempatan untuk menjadi bagian dari karya seni tersebut," tutur Windy ketika diwawancarai detikcom, Kamis (26/11/2020).
Menurut Windy, WSTG ingin mengembangkan eksperimen pertama ini untuk dapat berintegrasi menjadi sebuah karya fisik di masa yang akan datang. Pengunjung bisa menonton karya WSTG lewat situs Media Art Globale dengan melakukan registrasi secara gratis.
Ada gambaran visual yang membentuk garis-garis yang ada seperti sebuah jaringan. WSTG mencampurkan antara actions, visual, dan audio. Dengarlah menggunakan headset dengan volume suara yang lebih tinggi.
![]() |
Windy menyebut karya WSTG sebagai eksibisi immersive yang dideskripsikan secara subyektif tergantung penikmat seni yang menonton.
"WSTG bertujuan agar pengguna platform dapat bereksplorasi lebih dalam dari segi audio maupun visual di mana kita memberikan fitur penyesuaian yang memberikan kebebasan untuk mengatur volume dan juga intensitas visual sehingga pengguna dapat mendapatkan pengalaman estetika yang personal dan demokratis," kata Windy.
WSTG terdiri dari Windy Setiadi, lulusan Music Production & Engineering dari Berklee College of Music, Boston, Massachusetts dan kini tinggal di Jakarta. Sejak pulang ke Indonesia, dia aktif menggarap banyak proyek sebagai sound engineer, instrumentalist, produser, dan direktur kreatif.
Di Media Art Globale, setelah Windy diundang oleh kurator Mona Liem untuk memajang karyanya, ia menggandeng Thomas Geissl.
"Saya mengajak Thomas Geissl sebagai kolaborator karena prototype virtual jamming yang ia kerjakan selama pandemi, saya rasa sangat potensial untuk dikelola menjadi sebuah karya yang menarik," pungkasnya.
(tia/doc)