Pameran Genghis Khan di Prancis Gagal Digelar Gegara China

Pameran Genghis Khan di Prancis Gagal Digelar Gegara China

Tia Agnes - detikHot
Jumat, 16 Okt 2020 19:54 WIB
Alun-alun Genghis Khan, China
Foto: (Wahyu/detikTravel)
Jakarta -

Pameran seni yang menampilkan artefak dari Genghis Khan yang digelar di museum di Nantes, Prancis, ditunda digelar. Penyelenggara pameran kaisar Mongol abad ke-13 itu mengklaim Partai Komunis China (PKC) berusaha menyensor narasi yang ada.

Eksibisi yang digelar di museum sejarah ChΓ’teau des ducs de Bretagne rencananya dibuka pada Februari 2021. Tapi ada serangkaian intervensi yang dibuat otoritas Beijing sampai membuat museum menunda hingga tahun 2024.

Direktur Museum, Bertrand Guillete, mengatakan gangguan dari otoritas Beijing adalah pengerasan tentang sikap pemerintah China sejak pertengahan tahun terhadap bangsa minoritas Mongolia.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Upaya penyensoran pertama kali dimulai sebagai perintah dari otoritas PKT untuk menghapus kata-kata 'Genghis Khan', 'kerajaan', dan 'Mongol' dari semua pameran seni," ungkapnya dilansir dari Art Newspaper, Jumat (16/10/2020).

Belakangan ini, otoritas China juga menuntut kendali atas produksi pameran. Termasuk menyediakan sinopsis pameran seni terbaru yang ditulis oleh Administrasi Nasional Warisan Budaya di Beijing.

ADVERTISEMENT

"Sinopsis pameran dibuat ulang pemerintah Beijing termasuk bias yang bertujuan membuat sejarah dan budaya Mongolia benar-benar hilang demi kepentingan cerita nasional baru," kata Guilette.

Sampai saat ini, pameran yang bekerja sama dengan Museum Mongolia di Hohhot, China, pun sempat terhenti sementara waktu.

"Sampai saat ini produksi untuk pameran seni telah dihentikan atas nama nilai-nilai kemanusiaan, ilmiah, dan etika yang dipertahankan oleh lembaga tersebut," kata Guillete.

Pihak museum kemungkinan memprediksi pameran akan tetap terselenggara dengan bantuan dari koleksi Eropa dan Amerika Serikat.

Keputusan museum untuk menjauhkan diri dari otoritas Tiongkok muncul setelah institusi Barat yang merencanakan menggelar proyek serupa menghadapi tekanan. Meningkatnya pelanggaran HAM yang terjadi di China juga menjadi salah satu alasan.

Bulan lalu, protes yang terjadi di Mongolia meletus karena reformasi kurikulum, yang menggantikan bahasa etnis Mongolia dengan bahasa Mandarin sebagai pengantar di sekolah.




(tia/dar)

Hide Ads