Selama 60 menit, opera 'Gandari' yang disutradarai Melati Suryodarmo mampu memukau penonton. Komposisi musik baru yang digubah Tony Prabowo dan dibawakan pengaba Peter Veale tampil tanpa cela.
Opera 'Gandari' menceritakan tentang kisah Dewi Gandari ibu dari Kurawa dalam cerita Mahabarata. Di panggung opera kontemporer yang digelar pada 14-15 Desember 2019, pertunjukkan yang diadaptasi dari puisi panjang Goenawan Mohamad mengangkat rekaman 5 hari sebelum Dewi Gandari menutup matanya dengan sehelai kain hitam.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dibagi empat babak, setiap babak menyajikan perjalanan Dewi Gandari. "Apakah yang lebih menyakitkan dari peperangan itu?" ucap Christine Hakim sebagai narator.
Pertunjukan opera kontemporer 'Gandari' hadir tanpa dialog dan pemain. Paduan suara dari Batavia Madrigal Singers, penyanyi solo vokal Bernadeta Astari berada di atas panggung juga berperan sebagai pelengkap utama.
Lewat naskah-naskah yang dibacakan Christine Hakim, cerita menjadi jelas dan terlihat alurnya. Dengan suaranya yang berat dan gaya khasnya, Christine Hakim juga tampak bukan hanya sebagai narator, namun juga pemeran yang bermain lakon.
Opera 'Gandari' menggabungkan antara sastra, musik kontemporer, tari, dan tata artistik dari Jay Subyakto. Hal yang menarik adalah musik baru yang dihadirkan dalam partitur-partitur Tony Prabowo.
"Opera baru pada intinya ada musik, ada teks yang dinyanyikan dan menghadirkan potongan-potongan image mengenai suasana yang ingin dibangun oleh musik dan teks," ujar Tony.
Lewat penyutradaraan Melati Suryodarmo, opera 'Gandari' menawarkan landasan untuk menengok kisah Gandari lagi. Dari simbol karakter manusia dan menyentuh melalui kesatuan artistik, suara, musik, dan tari.
(tia/mau)