Jakarta -
Museum MACAN Jakarta menghadirkan pemutaran film 'Dragonfly Eyes' karya perupa Tiongkok, Xu Bing. Digelar perdana di Komunitas Salihara, Jakarta Selatan, penayangan film fitur pertama yang berasal dari 10 ribu jam rekaman kamera pengintai atau CCTV itu bagian dari pameran tunggal 'Xu Bing: Thought and Method'.
Selama 1,5 jam lamanya, penonton diajak berpikir ulang soal batas antara realita dan dunia maya. Di awal pemutaran, penonton yang hadir diharuskan mematikan ponsel dan menaruhnya ke dalam amplop cokelat. Secara tak langsung, penonton pun 'dipaksa' untuk masuk ke dalam alur cerita yang dibuat Xu Bing.
Sejak 2013, Xu Bing sudah memikirkan ingin membuat film dari materi rekaman CCTV. Namun baru tahun 2015, materi penyiaran tersedia secara online di jagat maya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Perupa yang kini tinggal di New York dan Beijing itu mengumpulkan sekitar 10 ribu jam rekaman kamera dan menggunakan potongan-potongan realita untuk membuat kisah. Dalam film tidak ada satu pun aktor, namun ceritanya berpusat pada tokoh perempuan bernama Dragonfly yang menjalani operasi kecantikan.
Di awal film 'Dragonfly Eyes', ada kolase berbagai kejadian tak biasa yang berhasil tertangkap kamera. Ada seorang perempuan yang sedang bermain ponsel dan terjatuh ke sungai lalu tenggelam, ada kecelakaan pesawat, mobil, seorang nenek dipukuli, maupun cerita tentang si karakter perempuan bernama Qing Ting.
Di beberapa bagian, ada adegan yang membuat terhenyak dan takjub penonton Teater Salihara. Xu Bing pun membuat plot tak terduga, seorang pria yang mengenal perempuan bernama Qing Ting lalu pacaran, dan ia masuk ke dalam bui.
Tiga tahun berikutnya, Qing Ting berubah. Alih-alih masih berkepribadian sama, wajahnya lebih cantik, namun suara masih sama. Pria yang kelimpungan kehilangan cintanya kelimpungan, namun sekali lagi Xu Bing membuat klimaks, dan penutup tak biasa.
"Plot ini terinspirasi oleh dugaan berita yang menjadi viral secara online tentang seorang pria yang menuntut istri bercerai setelah sang istri melahirkan anak yang ia anggap buruk rupa. Dan mendapati bahwa sang istri telah menjalani operasi plastik sebelum mereka menikah," tulis keterangan katalog pameran 'Xu Bing: Thought and Method'.
Kritikus film, Lisabona Rahman, mengatakan film 'Dragonfly Eyes' memicu banyak pertanyaan dan mengejutkan reaksi emosional.
"Tadinya saya pikir film dari CCTV duh malas banget, panjang sekali, tapi memang ada keahlian dan kemauan tersendiri dalam pemilihan bentuk. Dalam footage 10 ribu jam, akhirnya diperes jadi 81 menit," kata Lisabona.
Dia pun melanjutkan, "Melanjutkan disiplin yang tinggi, dramaturgi footage, dan keahlian montase yang patut diuji. Bukan sama montasenya saja, tapi juga kesabaran untuk menyeleksi 10 ribu jam rekaman CCTV. Agak sinting yah."
Setelah pemutaran perdana tersebut, film 'Dragonfly Eyes' juga bisa dilihat di pameran 'Xu Bing: Thought and Method'. Eksibisi masih berlangsung di Museum MACAN Jakarta hingga 12 Januari 2020.
Halaman Selanjutnya
Halaman