Proyek kolaboratif yang berjudul 'Lost Verses: Akal Tak Sekali Datang, Runding Tak Sekali Tiba' berasal dari peribahasa Minang.
"Peribahasa ini gimana memahami diri sendiri dan hidup untuk masa depan yang dipikirkan berulang-ulang. Ada negoisaai dan seni rupa Indonesia juga beradaptasi dengan praktik seni yang ada," kata kurator Asmudjo Jono Irianto saat jumpa pers di kawasan Gunawarman, Jakarta Selatan, Rabu (24/4/2019).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Tim artistik Paviliun Indonesia menampilkan 5 karya. Ada meja runding, susunan kabinet yang terdiri dari 180 loker, buaian atau bianglala, mesin narasi hingga ruang merokok.
"Meja runding ini adalah simbol yang menampilkan simbol keseluruhan paviliun, semacam peta," katanya.
Untuk ruang merokok akan dihadirkan di dalam Paviliun Indonesia. Ruang merokok sengaja dihadirkan karena berbicara tentang komunikasi dan hiburan.
"Di dalam smoking room semua orang setara, begitu keluar tidak setara lagi. Gimana melihat seni, orang melakukan demokrasi dalam ruang yang terbatas. Itu adalah metafora dari sesuatu yang berubah dan terus menerus," timpal tim dewan juri Paviliun Indonesia, Nirwan Dewanto.
Tak hanya ruang merokok, tim Paviliun juga bakal membagikan seribu bungkus rokok kretek bergambar Chairil Anwar. Karya Paviliun Indonesia bakal dipajang di Arsenale dengan luas area 500 meter persegi di gedung abad ke-15 bekas gudang persenjataan di Venesia, Italia.
Paviliun Indonesia di Venice Art Biennale 2019 berlangsung selama 6 bulan hingga 24 November 2019.
(tia/nu2)