Kata 'liber primus' dalam bahasa Indonesia berarti 'buku pertama'. Tajuk yang diusung tim kuratorial adalah salah satu cara untuk membuka rangkaian kompleksitas ragam individu dan kekaryaannya.
"Seniman yang berpartisipasi dalam proyek 'Liber Primus' adalah mereka yang tumbuh dalam lingkup kota yang sama tapi melahirkan gagasan-gagasan yang tidak sepenuhnya terikat pada karakteristik sebuah kota," tulis keterangan pers yang diterima detikHOT, Rabu (27/2/2019).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Fenomena menonjolkan sebuah identitas kota adalah hal yang sudah terjadi di Indonesia mulai dari 1950-an. Bahkan di pertengahan periode 200an hingga memasuki tahun 2010an ketika muncul berbagai acara seni dengan penekanan kata 'Bandung' sebagai tajuk utama.
Misalnya saja Bandung Art Now, Bandung Initiative #1 sampai Bandung New Emergence Vol.1-6. Pameran dengan judul identitas kota pun kerap digelar di periode 1950 sampai 1960an.
"Gagasan besar tentang pameran kolektif 'Liber Primus' dapat diidentifikasi sebagai hasil karya sekelompok individu, tidak bisa dimaknai sebagai pameran yang diikuti oleh seniman yang berasal dari kota yang sama. Karya yang ditampilkan merupakan hasil teka-teki yang jadi bagian 'Liber Primus'," pungkas keterangan pameran.
Seniman yang berpartisipasi di antaranya adalah Aliansyah Caniago, Arin Dwihartanto Sunaryo, Cinanti Astria Johansjah, Eldwin Pradipta, Endira Fitriasti Julianda, Erika Ernawan, Erwin Windu Pranata, Faisal Habibi, J. Ariadhitya Pramuhendra, Muhammad Akbar, Mujahidin Nurrahman, R.E Hartanto, Radi Arwinda, Syagini Ratna Wulan, Syaiful Aulia Garibaldi, Wiyoga Muhardanto, dan Zico Albaiquni.
Pameran berlangsung pada 2-31 Maret 2019 di Semarang Gallery, Jawa Tengah. (tia/nkn)