Karya Suvi terinspirasi dari peristiwa ketegangan antar etnis yang terjadi di Sampit, Kalimantan Tengah, di tahun 2001 silam. Lukisan abstrak ciptaan seniman yang berusia 26 tahun itu menceritakan sentimen primordial dan pentingnya berempati.
"Saya ingin berbagi nilai tentang pentingnya empati dalam diri kita, karena manusia pada dasarnya terbuat dari daging atau materi yang sama. Sebagai seniman muda profesional, saya merasa terhormat untuk mewakili Indonesia di tingkat Asia Tenggara, dan berhasil memenangkan penghargaan 2018 UOB Southeast Asian Painting of the Year," kata Suvi dalam keterangan pers yang diterima detikHOT.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Tim dewan juri terkesima dengan konsep dan gagasan yang dibagikan Suvi. Karyanya dinilai mampu menggunakan berbagai teknik dan tekstur untuk mentransformasikan ide-idenya menjadi karya seni yang memikat dari bahan resin, plastik, serta pigmen.
Panel tim dewan juri tahun ini di antaranya adalah seniman asal Indonesia Entang Wiharo, Lim Wei-Ling pendiri We-Ling Contemporary Malaysia, Assistant Professor Somporn Rodboon, Academic Adviser, Faculty of Fine and Applied Arts, Mahasarakham University, Thailand. Serta Associate Professor Kwok Kian Chow dari Singapore Management University.
Para pemenang menerima penghargaan yang berlangsung di Victoria Theatre Singapura pada Kamis (1/11) lalu. Karya para pemenang bakal dipamerkan di UOB Art Gallery Singapura mulai dari 9 November 2018-28 Februari 2019.