Namun satu mural inisiatif dari puluhan seniman jalanan yang berasal dari Jakarta, Depok, Bekasi, Tangerang, dan Tangsel itu justru 'ditiban'. Vandalime dan 'tiban' dalam karya jalanan memang kerap terjadi.
Hal tersebut diungkapkan oleh street artist yang dikenal dengan nama Folker. Inisiator gerakan inisiatif dari para seniman itu menuturkan mural yang berada di seberang Cilandak Town Square (Citos) 'ditiban' oleh banner diskonan dan kelurahan di kawasan Jakarta Selatan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Postingan foto dari mural Asian Games itu sempat diposting oleh akun @isadgallery. Lantaran 'ditiban', banyak netizen yang sebagian besar street artist maupun masyarakat yang belajar grafiti dan mural turut geram.
"Padahal udah bagus dilukis ada seninya, eh malah dikasih banner. Hubungannya sofa sama asean games itu apa coba yak," ujar seorang netizen.
"ini nih yg merusak sarana umum, masang spanduk = mantek /paku ngerusak dinding beton jalan...," ujar netizen lainnya.
![]() |
Padahal menurut Folker, kalau mural yang dibuat oleh pasukan oranye menjamur menghiasi kota, mengapa mural dari para seniman justru 'ditiban' dan terlihat semakin kumuh.
"Kami membuat mural menyikapi kemarin isu yang pasukan oranye menggambar mural. Lebih ke pergerakannya, ini inisiatif dari kami. Semuanya dari kami, cat dan semua bahannya," tutur Folker.
Mural sepanjang sekitar 50 meter itu diakui Folker diciptakan demi menyambut Asian Games 2018. Tak ada salahnya setiap karakter, pola, maupun ciri khas dari para seniman jalanan yang 'beneran' seniman turut meramaikan.
Baca juga: Warna-Warni Jakarta Sambut Asian Games 2018 |
Bima Chris dari Gardu House pun mengungkapkan kritiknya terhadap mural Asian Games yang dibuat pasukan oranye.
"Mural Asian Games itu pure kebanggaan otoritas antar kelurahan, simplenya antar kelurahan saling nggak mau kalah untuk mempercantik lingkungan mereka sebagai bentuk dukungan ke sebuah acara besar dimana Indonesia jadi tuan rumah," tuturnya.
Kemungkinan, lanjut Bima, pemerintah tak punya akses ke komunitas yang akhirnya mempercayakan pada pasukan oranye untuk membuat mural. "Walau pun ada akses juga, secara biaya jadinya cuma bisa buat beli alat bahan karena emang nggak disiapkan membayar artis untuk ngerjainnya," tandas Bima.
(tia/dar)