Ditemui di sela-sela pembukaannya, Natisa Jones mengaku kerap menggambar sosok manusia yang mirip dengan dirinya.
"Sebagai manusia, saya cuma bisa bicara untuk manusia. Karya saya tentang observasi. Gue bisa bertanggungjawab dengan sentimentil saya saja," tutur Natisa ditemui di Komunitas Salihara, belum lama ini.
Dengan melukiskan sosok figuratif, Natisa merasakan emosional yang mendalam. "Buat saya sosok figur itu adalah konsep pikiran atau perasaan."
![]() |
Tak hanya penggambarakan sosok figuratif saja, namun Natisa juga kerap membubuhkan teks dalam setiap karyanya. Ketika ia berubah medium, misalnya dari kanvas ke kertas maupun sebaliknya serta berganti eksperimen, teks selalu ada.
Bagi Natisa, sebagai seorang seniman yang berkarya dengan jujur, benang merah antara satu karya dengan karya lainnya adalah dirinya sendiri.
"Teks dan judul itu penting bagi saya. Dan hal tersebut yang menemani karya visual saya, termasuk instalasi 2018-1994 Draft One yang memuat judul dari karya-karya saya," pungkasnya.
Situs Salihara menuliskan sosok Natisa Jones merupakan kekuatan seni rupa Indonesia baru yang bertolak dari keseharian anak muda dan perempuan. Dalam karyanya, ia kerap mengungkapkan berbagai pengalaman personal yang 'nyeletuk' dan 'ngedumel.
Lulusan Seni Lukis dari Royal Melbourne Institute of Technology (Melbourne, Australia) pada 2011 ini kemudian memilih tinggal dan berkarya di Bali. Pameran tunggal Natisa Jones 'Grotesk' digelar di Galeri Salihara mulai 30 Juni hingga 26 Juli 2018.
(tia/tia)