Lewat pameran tunggal 'Grotesk' yang dibuka akhir pekan lalu di Galeri Salihara, seniman yang berdomisili di Bali dan Amsterdam itu menghadirkan karya-karya terbaru.
Ada puluhan karya dengan medium kertas dan kanvas yang dipamerkan Natisa. "Karya yang paling muda dan ada di pameran tunggal ini berasal dari tahun 2011. Mediumnya juga beda-beda, kalau di atas kertas bisa 10 atau 30 detik selesai jadi. Kalau di kanvas mikir dulu," ujar Natisa ketika berbincang dengan awak media di Galeri Salihara belum lama ini.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
![]() |
Warna-warna di karyanya pun sebagian besar nyeleneh, ada yang digoreskan dengan warna merah, biru, dan hitam. Terlihat sekali emosi Natisa seakan meluap-luap.
![]() |
Kurator pameran Asikin Hasan dalam pengantar eksibisi mengatakan ketika mengunjungi studio Natisa, kesan grotesk langsung terasa.
"Realisme grotesk umum kita temukan dalam karya-karya pelukis Eropa, antara lain dan paling mencekam bisa kita lihat pada karya-karya Otto Dix, George Grosz, dan para pelukis lain di masa Republik Weimar, di awal hingga menjelang pertengahan abad ke-20," tulis Asikin Hasan.
Karya-karya Natisa pun, ditulis Asikin, adalah gambaran dunia bawah sadar dengan peristiwa lain yang mencoba meloloskan diri dari kesesakan dan kepungan sensor resmi dari definisi umum tentang 'kebaikan'. "Ia mencoba mengembalikan manusia pada pengalaman-pengalaman paling personal," tulis Asikin lagi.
Pameran tunggal Natisa Jones yang didukung oleh Ruci Art Space berlangsung 30 Juni hingga 26 Juli 2018 di Galeri Salihara.
(tia/tia)