Gendongan bayi merupakan simbol dari cinta dan kasih sayang antara ibu dan anaknya. Serta berfungsi sebagai pelindung. Di balik itu semua, gendongan bayi memiliki beragam makna budaya dari penjuru dunia khususnya Asia.
Di eksibisi kali ini, Studiohanafi memvisualkan pameran lewat pendekatan etnografi dan dipamerkan lebih kekinian. Ada 27 karya koleksi milik National Museum of Prehistory (NMP) yang diboyong ke Indonesia dan bersanding bersama koleksi dari Museum Nasional Indonesia.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Perupa Hanafi yang juga melakukan riset ke Taitung dan Taipei pada Agustus silam, menceritakan display pameran tak luput dari penelitian etnografi. "Sebelum pameran di Jakarta berlangsung, kami dan pihak Taiwan melakukan kerja etnografi," katanya dalam keterangan pers yang diterima detikHOT, Jumat (13/10/2017).
Nantinya, Hanafi bersama Enrico Halim akan mendesain ruang pamer temporer menjadi bentuk rahim. Ruangannya akan memberikan kesan lembut, nyaman, serta halus. Pengunjung pun memasuki ruangan dengan lantai kayu yang mengambang.
![]() |
Di dalamnya terdapat koleksi gendongan bayi, foto, narasi teks budaya, dan video, serta iringan lagu pengantar bayi. Di salah satu sudut, juga terdapat koleksi gendongan bayi dari ayak-Kalimantan bersama ibu yang tengah menenun.
Pameran ini juga membawa misi pertukaran budaya antar dua negara. Kurator National Museum of Prehistory Taiwan, Chi-Shan Chang, mengatakan Taiwan adalah titik awal pameran.
"Eksibisi ini istimewa dan memungkinkan interaksi dan kolaborasi antara seni, budaya masyarakat, lembaga akademik dua negara. Kami menyadari adanya nilai universal tentang keadaan manusia sejak tali pusar menopang sampai ke gendongan bayi," tutur Chi-San Chang.
Pameran tentang budaya gendongan bayi bakal dibuka pada Kamis (19/10) pukul 19.30 WIB di lobi Museum Nasional Indonesia. Lena Guslina dan Doddy Satya Ekagustdiman akan membuka eksibisi dengan pertunjukan 'Ayun Ambing'.