Begitu ungkapan dari Rektor Institut Kesenian Jakarta (IKJ) Wagiono Sunarto ketika memberikan sambutan dalam peluncuran 'Warisan 5 Desainer'. Kenangan terhadap para kerabat dan tokoh-tokoh desain grafis membuatnya ikut menulis.
"Berbicara tentang mereka bukan hanya ngomong dimensi soal ilmu pengetahuan atau persoalan teknis. Bukan juga soal kreativitas yang nggak pernah berhenti tapi pengalaman kelima tokoh ini adalah pengalaman hidup yang harus dipetik," ungkapnya, Jumat (27/11/2015).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Mereka semua adalah orang yang unggul dan mumpuni tapi sama-sama menghadapi persoalan kesehatan dan cepat meninggalkan kita. Setiap sari mereka memiliki keunikan tersendiri yang mendorong mahasiswanya mencari dan menjadi dirinya. Apapun mimpinya," pungkas Wagiono.
Tokoh Syahrinur Prinka pun dinilai pelukis Tatang Ramadhan Bouqie merupakan sosok yang mampu bekerja dan tampil apa adanya. "Saya kaget ketika Beliau melarang saya memanggil Pak dan nyuruh panggil Mas. Saya juga terkejut ketika masuk ke kelasnya, dia pakai sepatu yang bagian belakangnya diinjak," kenang Tatang berkelakar.
S.Prinka pula yang mempopulerkan seni grafis ketika di masanya dan saat orang belum banyak yang tahu apa itu desain grafis. "Bahkan ketika di ITB juga belum ada ajarannya," ungkapnya.
Lima desainer komunikasi visual ini adalah tokoh yang tidak dapat dipisahkan dari sejarah perkembangan awal profesi tersebut di Indonesia. Masing-masing desainer ini punya panutan bagi generasi desainer dan pendidik berikutnya.
Seperti kata Wagiono, "Dengan caranya sendiri, semua desainer punya obsesi dan komitmennya dalam mewujudkan desain di Indonesia. Ketika mereka berpulang, kita segera merasakan kekosongan-kekosongan yang ditinggalkan," tutup Wagiono.
(tia/kmb)