Salah satunya adalah Joko Avianto yang memajang 1500 batang bambu dari jenis awitali dan betung di depan fasad Frankfurter Kunstverein. Salah satu bangunan tertua di Romerberg tersebut ternyata menarik minat pengunjung yang lalu lalang sekaligus menjadi bahan penelitian bagi penggiat botani dan arsitektur.
Lulusan Seni Patung Institut Teknologi Bandung (ITB) itu mengungkapkan, karyanya kali ini merupakan sebuah kehormatan dan tantangan yang cukup berat. "Pameran ini sangat menantang karena dibandingkan pengalaman sebelumnya di Singapura dan Malaysia, Eropa jauh secara jaraknya dan saya sudah wanti-wanti tim dan bawa material ke sana akan mahal sekali," katanya saat temu media di Galeri Nasional Indonesia, Minggu (11/10/2015).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Baca Juga: Grup Tromarama Tampilkan 230 Handuk di Frankfurter Kunstverin
"Dari maket menciut 20 persen, seharusnya tingginya 12 meter tapi yang diizinkan 9 meter," katanya.
Proses pengerjaannya pun memakan waktu dari 5-25 September 2015. Akhirnya, 1500 batang bambu tersebut berhasil berdiri meliuk-liuk dengan indahnya. Estetikanya pun seperti angin bertiup.
Uniknya, saat proses pengerjaan sampai selesai, setiap orang yang lewat selalu mampir. Memotretnya dan menanyai Joko termasuk jenis bambu yang digunakan. Sampai-sampai media lokal setempat mewawancarai Joko.
Simak: Pameran 5 Perupa Indonesia 'ROOTS' Meriahkan Frankfurt Book Fair 2015
"Ada sekelompok orang yang punya koleksi tanaman bambu nanya-nanya ke saya. Majalah arsitektural dan botani juga menanyakan bahan awitali dan betung dan proses dari Studio di Cimahi sampai ke Frankfurt," ungkapnya.
'Big Trees' membawa isu perubahan alam, salah satunya mengkritisi kurangnya pepohonan di kota-kota besar. Instalasi bambu di Frankfurter Kunstverein menjadi salah satu karya seni di pameran 'ROOTS.Indonesia Contemporary Art' yang terselenggara berkat kerjasama Galeri Nasional Indonesia dan Kunstverein. Eksibisi diadakan sampai 10 Januari 2016 mendatang.
(tia/mmu)