Gelaran Frankfurt Book Fair bakal digelar beberapa hari lagi. Jelang festival buku terbesar dan tertua di Indonesia, Galeri Nasional Indonesia dan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan INdonesia menyelenggarakan pameran seni rupa 'ROOTS. Indonesia Contemporary Art'.
Terletak di Frankfurter Kunstverein, Jerman, soft opening eksibisi ini dibuka pada 25 September lalu dan akan berlangsung sampai 10 Januari 2016. Kepala Galeri Nasional Indonesia Tubagus 'Andre' Sukmana mengatakan pameran yang bekerja sama dengan asosiasi seni bergengsi di Jerman, kembali dibuka secara besar-besaran 14 Oktober nanti.
"Minggu malam, kami berangkat lagi ke Frankfurt untuk grand opening Indonesia sebagai tamu kehormatan di Frankfurt Book Fair," katanya saat temu media di Galeri Nasional Indonesia, Jakarta Pusat, Minggu (11/10/2015).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Lokasi tersebut dinilai tepat dan strategis bagi masyarakat sekaligus wisatawan mancanegara. Karena, di area pusat tren artistik atau disebut Romerberg tersebut adalah tempat bertemunya seniman kontemporer Jerman.
Kurator Asikin Hasan mengungkapkan 'ROOTS' yang berarti 'akar' maupun 'asal usul' ini awalnya sudah direncanakan sejak 2 tahun yang lalu. "Sebenarnya ada 15 seniman yang pernah didiskusikan untuk FBF 2015. Tapi akhirnya 3 seniman dan 1 grup seniman yang ikut," pungkasnya.
'ROOTS. Indonesia Contemporary Art' dikuratori Galeri Nasional Indonesia yaitu Asikin Hasan dan Rizki Ahmad Zaelani. Menampilkan 4 perupa profesional yakni Joko Avianto, Jompet Kuswidananto, Eko Nugroho, dan kelompok perupa Tromarama (Febie Babyrose, Herbert Hans, dan Ruddy Hatumena).
Para perupa tersebut adalah generasi muda era reformasi dengan gejolak politik monumental yang ditandai dengan jatuhnya rezim Orde Baru dan perubahan sosial politik. Mereka menampilkan karya berupa seni instalasi, mural, object, dan video art.
(tia/tia)