Ditemui sebelum pembukaan pameran dan peluncuran buku 'Melihat Api Bekerja', Aan mengatakan buku ini sudah disiapkannya sejak 2011 silam. Banyak peristiwa yang dikenangnya sejak kecil, membuatnya terinspirasi membuat puisi.
"Sebetulnya buku puisi ini menganggap kebahagiaan sebagai kejahatan. Orang jadi malas berpikir karena mengejar kebahagiaan. Orang Indonesia seperti takut dengan perubahan tapi juga tergesa-gesa dengan segala sesuatunya," ucapnya di Edwin Gallery, Jakarta Selatan, Rabu (15/4/2015) malam.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Penyair yang aktif menerbitkan karya sejak 2005 silam ini juga mengatakan 'Melihat Api Bekerja' adalah buku yang ditulis jauh sebelum buku-buku yang lain. Idenya sudah terpikir di benaknya.
"Temanya bercerita tentang apa yang saya alami waktu kecil termasuk ketika dengan bapak dan ibu yang menjadi inspirasi terbesar saya. Serta proses perpindahan saya ke Makassar yang beda lingkungan. Jadi sebetulnya proyek ini gimana mengatakan kemarahan-kemarahan saya yang personal tapi juga menjadi urusan orang lain," ungkapnya sembari tertawa.
Di dalam 'Melihat Api Bekerja' terdapat 54 puisi. Uniknya, puisi-puisi karangan Aan berdampingan dengan 60 ilustrasi karya Muhammad Taufiq atau dikenal dengan Emte. Kedua elemen ini berpadu dan mempertegas identitas satu sama lain di Edwin Gallery.
Editor penerbit Gramedia Pustaka Utama, Siska Yuanita, juga menambahkan dari awal membaca naskah pertama Aan, ia sudah membayangkan akan memakai ilustrasi. "Saya merasa Aan adalah penyair yang mulai diperhitungkan. Ia adalah penyair muda yang barangkali oke di media sosial dan sekarang diperhitungkan. Aan memang pantas dikasih panggung lebih," kata Siska kepada detikHOT.
Eksperimen kolaborasi kata dan rupa ini, kata Siska, terbilang unik. Pihaknya pun baru mencoba meluncurkan kumpulan puisi bersama dengan pameran ilustrasi. Kali ini, detikHOT akan mengupas mengenai seluk beluk kolaborasi seni dan puisi ini. Simak artikel-artikelnya hanya hari ini, di detikHOT!
(tia/dal)