Persahabatan dan Agama di Sketsa Habibie & Mangunwijaya Karya Mudji Sutrisno

60 Tahun Mudji Sutrisno

Persahabatan dan Agama di Sketsa Habibie & Mangunwijaya Karya Mudji Sutrisno

- detikHot
Kamis, 11 Sep 2014 16:12 WIB
Budayawan Mudji Sutrisno dan sketsanya (Dok.Palevi S/detikHOT)
Jakarta -

Budayawan Mudji Sutrisno SJ, 60 tahun masih ingat awal mula persahabatan antara mantan Presiden Republik Indonesia BJ Habibie dan YB Mangunwijaya. Dari kedua tokoh tersebut, ia terinspirasi membuat sketsa hitam putih yang melambangkan dua agama.

Mudji menciptakan sketsa 'Wajah Rupa dan Wajah Kebudayaan'. Di dalamnya lambang 'salib' dan 'masjid' bersatu. Sketsa itu dibuatnya langsung menggunakan jari jemarinya dan bertuliskan, "Dalam penantian dialog, tubuh bisa dihidupi."

Mudji bercerita ketika BJ Habibie masih belajar di Jerman, ia kelelahan dan duduk di Katedral Aachen, Jerman. "Dia berkenalan dengan Mangunwijaya yang kebetulan ada di situ. Habibie sempat sembahyang di katedral itu juga," ungkapnya.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Persahabatan berlanjut sampai Mangunwijaya wafat pada 10 Februari 1999 dan BJ Habibie sudah menjadi Presiden Republik Indonesia. Jenazah sahabatnya saat itu akan dikirimkan melalui jalan darat tapi Habibie memerintahkan agar memakai pesawat Hercules.

"Bayangkan persahabatan yang diawali dari Katedral Jerman lalu ke Jakarta. Begitu indah dan harmonisnya dua agama," tambah Mudji.

Pesan itulah yang membuat Mudji ingin menyampaikannya kepada masyarakat Indonesia. Khususnya para pecinta seni dalam pameran 'Kidung Syukur 60 Tahun Mudji Sutrisno SJ' yang digelarnya hingga 20 September mendatang di TIM.

"Hitam dan putih adalah warna dasar. Cikal pikiran kita untuk membuat lukisan. Ketika kita memasuki rumah ibadah agama lain, bukan rasa takut yang dirasa tapi seharusnya religiusitas itu sendiri," ungkapnya.

(tia/ich)

Hide Ads