Koleksi Kain Batik, Iwet Ramadhan Pernah Beli Seharga Jam Rolex

Gaya 'Ekletik' di Apartemen Iwet Ramadhan (8)

Koleksi Kain Batik, Iwet Ramadhan Pernah Beli Seharga Jam Rolex

- detikHot
Jumat, 23 Mei 2014 16:19 WIB
Koleksi Kain Batik, Iwet Ramadhan Pernah Beli Seharga Jam Rolex
Koleksi kain Iwet (Rengga Sancaya/detikFOTO)
Jakarta - Kini, saatnya membincang sesuatu yang selama ini identik dengan Iwet Ramadhan. Apalagi kalau bukan kain batik. Punya cerita seru apa?

Sebagai pecinta, desainer sekaligus kolektor, Iwet mengumpulkan kain batik dengan berbagai harga. Dari yang di atas Rp 1 juta sampai ada yang seharga jam rolex. Wow!

Ya, hal ini dikatakan oleh Iwet ketika ia menunjukkan koleksi pribadinya. "Ini yang harganya kayak jam rolex," tunjuknya kepada detikHOT.

Kain ini bahannya dari kashmir dan bisa dipakai sebagai syal ketika musim dingin dan terasa hangat ketika dipakai. Ia membelinya dari koleksi BIN House atau milik dari Josephine Komara atau akrab disapa Obin.

"Ini tuh enggak dipajang di etalase tapi jadi private collection dan aku harus tawar-menawar dulu," jelas Iwet.

Kain tersebut bermotif lereng dan terdapat gambar bunga-bunga kecil. Meski tipis, namun kain itu memang dibatik. Menurutnya, harganya mahal karena pengerjaannya yang sulit dan dari segi pewarnaan.



Iwet menceritakan bahwa kainnya memakai tanaman indigo vera dan 1 kain butuh 10 kilo tanaman tersebut. "Makanya mahal. Ayu Dewi saja pas denger cerita aku bilang gila. Ha..ha..ha," ujarnya seraya menyebut nama temannya seorang presenter kondang.

Saat itu, ia membelinya tahun 2009. Dari BIN House, Iwet pun mendapatkan koleksi kain batik dan tenun yang bermotif kawung. Garisnya pun dibatik. "Ditenun dulu baru dibatik. Biasa aku pakai buat syal pas trip winter juga," ujarnya.

Selain itu, ketika melancong ke Pulau Dewata Iwet pun membeli kain tenun gringsing dari Tenganan. Kain tenun tradisional ini dibuat menggunakan teknik dobel ikat dan perlu waktu 2-5 tahun untuk pengerjaannya.

Kain sakral yang dibeli Iwet menceritakan tentang Trimurti. Warna merah sebagai lambang Brahma atau pencita, warna putih untuk Shiwa sebagai pemelihara, dan hitam sebagai Wisnu yakni penghancur.

"Nenunnya sih 2 bulan tapi proses bikin motifnya dan dobel ikatnya saja sampai 5 tahun. Gila yah," ujar Iwet.

Kain-kain batik Pekalongan pun dikoleksinya. Meski mengaku punya sedikit, namun ia menghapal setiap cerita dan makna dari kain koleksinya. Bahkan, para seniman yang membuatnya pun Iwet hapal.

"Yang ini bikinan Pak Dudung seniman Pekalongan. Dia bikin motif parang tapi rada abstrak, enggak biasa. Jadi bergelombang." Seniman ini pula yang kini sedang digandrungi oleh pecinta kain.

(tia/mmu)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads