'Swatata', Pameran Proyek Seni Berbasis Riset

Pameran Seni Rupa 'Swatata' (8-Habis)

'Swatata', Pameran Proyek Seni Berbasis Riset

- detikHot
Rabu, 07 Mei 2014 17:47 WIB
Swatata, Pameran Proyek Seni Berbasis Riset
Dok.Astrid Septriana/ detikHOT
Jakarta - Dalam pameran seni rupa yang diadakan pada 23 April hingga 7 Mei di Ruang Rupa, tiga pameris yang terlibat berkali-kali ini membuat proyek seni berbasis riset. Jadi karya yang mereka pampang di sini, bukan karya seni yang dirancang dan kreasikan khusus untuk mengikuti sebuah pameran.

Dengan riset dan observasi langsung di lapangan, karya seni milik Arie Syarifuddin dan Ismal Muntaha bahkan juga langsung dilibatkan ke masyarakat. Tujuannya adalah membaca situasi Swatata yang ada di masyarakat.

"Karena sebenarnya pola ini sudah enggak asing di sini, semua orang di sini sudah melakukan dan terbiasa akal-akalin sistem. Sementara ini baru dikenal oleh Eropa, ketika ada krisis ekonomi. Orang-orang asing jadi mulai meriset pola kelola di Asia, melihat bagaimana kita bisa bertahan hidup padahal sistemnya berantakan banget," kata Arie Syarifuddin kepada detikHOT di Ruang Rupa, Tebet, Jakarta Selatan.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Ungkapan Arie juga diamini oleh pameris lainnya, Muhammad Fatchurofi. Ia menganggap tema ini penting diangkat dan memayungi karya-karya di sini karena sangat relevan dengan Indonesia.

"Di sini kalau kita lihat dimana-mana ada praktek self-organise. Timbul karena keabsenan pola kelola yang mapan, yang harusnya jalan tapi enggak jalan. Apa yang dilakukan dalam pameran ini sebenarnya melakukan pembacaan kembali mengenai Swatata yang ada di sini," jelas pria yang biasa disapa Rofi.



Hal menarik lainnya dalam pameran ini adalah soal kerja individual. Arie dan Ismal yang biasa kerja secara kolektif di bawah bendera Jatiwangi Art Factory (JAF), kali ini ditantang untuk bisa bekerja secara masing-masing.

"Dari saya pribadi, saya tertarik untuk bekerja dengan ketiga seniman karena mereka punya latar belakang kesenian yang unik, di mana mereka lebih sering berkarya sebagai kelompok dan bukan seniman individu," ujar Mitha Budhyarto, kurator pameran Swatata.

"Pada awalnya saya tertarik untuk tahu, apakah praktik mereka akan berbeda di dalam dan di luar kelompok itu? Apakah sikap dan pendekatan mereka secara individu dan dalam kelompok saling mempengaruhi?"
Β 
Bagi Ismal sendiri, kerja individual ini ia rasakan sangat baik bagi dirinya. Di mana ia punya kesempatan untuk mengeksplorasi minat dan karakternya dalam berkesenian.

"Kerja individual ini penting juga yah, jadi kita fokus pada ketertarikan prbibadi. Kita selalu kerja secara kolektif, jadi ini tantangan untuk bekerja secara individual. Dengan ini kita juga jadi kelihatan karakter dan ketertarikan kita beda-beda," paparnya.

"Saya misalnya memang tertarik untuk mengoleksi objek-objek dan bercerita. Saya memang senangnya itu ya ketemu orang, ngobrol-ngobrol."

(ass/tia)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads