Gereja Katedral Bergaya Neo Gotik, Dibangun Berhadapan Dengan Masjid Istiqlal

Arsitektur Gereja Tua di Jakarta (7)

Gereja Katedral Bergaya Neo Gotik, Dibangun Berhadapan Dengan Masjid Istiqlal

- detikHot
Selasa, 24 Des 2013 14:13 WIB
Jakarta - Meski Masjid Istiqlal dibangun jauh sebelum Gereja Katedral ada, namun kedua rumah ibadat ini menjadi dua simbol toleransi beragama. Bahkan banyak wisatawan domestik dan mancanegara yang mengunjunginya guna melihat keindahan dua bangunan bersejarah.

Gereja Katedral ini dirancang dan dimulai oleh Pastor Antonius Dijkmans dan dilanjutkan oleh Cuypers-Hulwswit. Ia diresmikan pada 21 April 1901 oleh Mgr.Edmundus Sybradus Luypen.

Akhir pekan lalu, detikHOT mengunjungi Gereja Katedral di Jalan Katedral Nomor 7B, Pasar Baru, Jakarta Pusat. Di sana, sudah dibangun tenda-tenda sebagai persiapan dari perayaan Natal esok hari.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT



Di dalam gereja, terdapat anak-anak kecil hingga remaja yang sedang latihan untuk Diorama Malam Kudus. Di samping kiri altar utama, terdapat panggung kecil yang nantinya sebagai kandang domba.

"Mereka latihan untuk malam Natal nanti. Itulah yang menjadi ciri khas dari Gereja Katolik kami, selalu ada Diorama Malam Kudus dan ada panggung kecil," kata sekretaris panitia Natal 2013, Ervana, kepada detikHOT.



Kemudian, ia menceritakan mengenai bangunan bersejarah ini. Tadinya lahan di Gereja Katedral ini adalah bekas kediaman panglima tentara yang tak akrab dengan Komisaris-Jenderal Pierre Joseph Burggraaf du Bus.

Untung mengenangnya, ada batu prasasti yang dipasang di dinding dalam portal Katedral. Dalam bukunya Adolf Heuken 'Gereja-Gereja Tua di Jakarta', disebutkan bangunan sejarah ini bergaya neo-gotik dengan bentuk dasarnya merupakan Salib sepanjang 60 meter.

Serta lebar bagian utama 10 meter ditambah 5 meter di tiap sisinya. Di kedua sisi terdapat galeri di ketinggian tujuh meter, tempat paduan suara.

Langit-langit gereja dibuat dari kayu untuk mengantisipasi gempa bumi. Tingginya mencapai 17 meter. Ada tiga menara yang menjadi ciri khas dari Gereja Katedral.




Mereka adalah Menara Angelus Dei setinggi 45 meter dari lantai. Kedua, Menara Daud dan Menara Gading (Selatan) sebagai sebutan Bunda Maria dalam Litani S.Maria menjulang 60 meter.

Ketiganya terbuat dari besi. Di antara kedua menara dipasang rozet (jendela bundar) yang melambangkan Rosa Mystica, lambang Bunda Maria.

Bangunan ini terdiri dari dua lantai, di lantai atasnya terdapat Museum Katedral yang dibuka untuk umum pada hari Senin, Rabu, dan Jumat dari pukul 10.00-12.00 siang. "Sayangnya, museum lagi tutup karena kami mau pasang AC (air conditioner). Kalau enggak pasang AC dan pintu-pintu lagi ditutup terasa pengap," kata Ervana.

Pendingin ruangan tersebut, kata dia, memang sudah direncanakan sejak lama. Namun, baru akan terealisasi akhir tahun dan dikerjakan sampai tahun depan.

"Museum Katedral ditutup kemungkinan sampai pertengahan tahun mendatang," katanya.

Ervana juga menjelaskan di lantai satu terdapat orgel yang menjadi ciri khas dari gereja tua. Serta adanya mimbar di sisi kanan gereja yang kini sudah jarang dipakai.

"Tadinya kalau khotbah di Mimbar Katedral ini tapi sudah jarang dipakai. Sekarang sudah ada altar utama, yah di depan."

Mimbar yang dibuat oleh Te Poel dan Stolteful ini dipasang pada 1905. Uniknya, ada ukiran pada altar di sebelah kanan yang menggambarkan pengangkatan Bunda Maria ke surga.

(tia/utw)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads