S.Sudjojono Center Mensosialisasikan Indonesia Juga Punya Pelukis Sekelas Van Gogh

Seabad Maestro Pelukis S.Sudjojono (2)

S.Sudjojono Center Mensosialisasikan Indonesia Juga Punya Pelukis Sekelas Van Gogh

- detikHot
Rabu, 11 Sep 2013 11:56 WIB
Jakarta - Bisa dikata Djon sebenarnya cukup beruntung. Karya-karyanya tidak hilang-hilangan begitu saja. Ada S. Sudjojono Center yang mengelola dengan apik berbagai warisan karya seninya.

Maya Sudjojono, 46 tahun, salah satu putri Djon dan Rose Pandanwangi menceritakan bagaimana awal berdirinya S.Sudjojono Center.

Pusat riset dan data ini awalnya bernama Sanggar Pandanwangi yang terletak di Jalan Pasar Minggu Raya. Semasa Djon masih hidup, sanggar ini adalah rumah sekaligus bengkel lukis tempat Djon berkarya.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Sanggar ini juga digunakan sebagai tempat mengajar kursus piano dan olah vokal istri Djon, Rose Pandanwangi.

Saat Djon wafat, Rose istrinya merasa sangat kehilangan. Untuk mengenang Djon, rumah itu dijadikan Museum Sudjojono pada Agustus 1989 yang diresmikan oleh Prof. Dr. Hariati Soebadio, Menteri Sosial kabinet Pembangunan V di era pemerintahan Presiden Soeharto.



"Atas permintaan masyarakat dan yang menyukai karya Bapak, sanggar dan museum itu ada," kata Maya. Tapi ternyata museum saja tak cukup.

Karena kemudian banyak orang dari perguruan tinggi dalam dan luar negeri yang membutuhkan data, informasi, kisah seputar lukisan dan sejarah Djon.

"Itulah kenapa ada S.Sudjojono Center. Ini didedikasikan bagi mereka yang ingin tahu sosok dan kiprah Sudjojono," kata Maya tentang pusat informasi yang dibangun di daerah Ciputat itu.

Tahun ini memasuki usia seabad S.Sudjojono, Maya masih takjub akan perhatian besar yang diberikan sejumlah institusi akan kehidupan ayahnya.

Memang banyak institusi dan galeri kesenian yang membuat berbagai kegiatan untuk memperingati Djon dan karya-karyanya. Di antaranya adalah Institut Kesenian Jakarta (IKJ), Rumah Topeng dan Wayang Ubud Bali, Nanyang Technological University Singapura, dan One East Asia Singapura.

"Kita terharu banget, mereka ingin memperingatinya. Ingin generasi sekarang tahu. Kenapa juga di Ubud? Di sana gerbangnya pemerhati seni dalam dan luar negeri," katanya.

***

Belajar dari kondisi museum yang ada di Jakarta dan jarang diminati anak-anak dan remaja, Maya dan timnya mencoba membuat agenda rutin yang melibatkan generasi muda.

"Di seabad Pak Djon ini, kami juga adakan program bagi anak-anak dan remaja," kata Germania Menang Djuang, penanggung jawab program kepada detikHOT di kantor S.Sudjojono Center, Ciputat, Tangerang Selatan Selasa (10/9/2013).

Tujuannya adalah ingin mengenalkan perjalanan awal Djon dari era 1930 hingga menjadi seorang maestro seni lukis. Program ini akan berjalan ketika pameran 13 Desember 2013 hingga 12 Januari 2014 mendatang.

Uniknya, mereka akan dikenalkan oleh pemandu tur yang memang sudah tertarik dengan sosok Djon. Sebutannya adalah Duta Seabad. Nantinya, akan ada workshop karikatur, melukis di kaca, stensil art, dan cara membuat komik.

"Mereka adalah kaki tangan kita, tujuannya untuk sosialisasikan tokoh Bapak. Dan belajar seni rupa yang mereka tidak didapatkan di sekolah," ujar Menang Djuang.

Sepakat dengan Menang Djuang, Maya Sudjojono, juga prihatin tak adanya ruang berkesenian bagi remaja. Jika di luar negeri, ketika ada pameran akan ada program bagi anak-anak dan remaja sekolah.

"Makanya kita fokus ingin berikan pengetahuan, melestarikan dan membangun kepedulian. Ini lho maestro yang karyanya juga sekelas Van Gogh," ujar Maya.


(utw/utw)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads