Dua Pecinta Keramik Menularkan Ilmu di Kollekan

Inspirasi Para Seniman Keramik (7)

Dua Pecinta Keramik Menularkan Ilmu di Kollekan

- detikHot
Senin, 02 Sep 2013 15:46 WIB
Jakarta - Bermain tanah terkadang dianggap kotor, namun itu tidak berlaku saat berada i Galeri Kollekan, di Jalan Abdul Majid Raya, Cipete Selatan. Di sini, dari anak-anak hingga orang dewasa bisa belajar membuat keramik yang diinginkan.

Sang pemilik galeri yakni, Wati Karmojono dan Yetty V.Tamsil memang ingin menularkan ilmu yang didapatkannya dari guru mereka, Liem Keng Sien.

Keng Sien adalah seniman keramik yang sudah terkenal di Indonesia sejak 1983. Awalnya, ia sudah membuka galeri bernama Appelsien di kawasan Menteng Jakarta Pusat sejak dekade 1990an.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Secara ajeg dan datang tiap hari belajar dari Keng Sien selama tiga bulan. Di sana ketemu Yetty dan akhirnya membuka galeri ini," ujar Wati kepada detikHOT di Galleri Kollekan Kamis (29/8/2013).

Mereka adalah salah satu murid Keng Sien yang berhasil hidup mandiri dengan mengajarkan les keramik kepada pengunjungnya. Galeri yang dibuka pada November 1998 ini membuka beberapa paket kelas bagi yang ingin belajar.

Khusus untuk anak-anak hanya dengan membayar Rp 80 ribu saja, bisa belajar selama dua jam. Serta bagi dewasa yakni sekitar Rp 135 ribu. "Mereka tidak usah membawa apa-apa. Mulai dari tanah liat, fasilitas alat hingga proses pembakaran sudah ada di sini," katanya.

***

Di galeri ini, Wati menceritakan materi apa saja yang diajarkan. Di antaranya adalah berbagai teknik dasar pembuatan keramik mulai dari teknik pinching (pijit), teknik slab yakni menggulung tanah liat dengan gulungan adonan, teknik coil yaitu tanah liat dipilin-pilin dengan jari dan telapak tangan sehingga membentuk pipa atau tali silindris.

Serta teknik putar dengan alat, yang mempunyai kelas khusus tersendiri. "Kelas teknik putar ini enggak bisa siswa sekali datang, dia harus belajar tekun kira-kira satu sampai tiga bulan lamanya. Itu kalau mau sampai mahir bisa yah," kata Wati.

Namun, bagi pemula, yang diajarkan dan paling utama diketahui adalah bagaimana menyambung satu adonan tanah liat dengan adonan lainnya. Untuk tanah liat di Kollekan khusus didatangkan dari dataran Sukabumi, Jawa Barat. Pasalnya di sana, terdapat pengolahan tanah liat yang sudah disharing tanahnya menjadi lebih halus.

Pengetahuan mendasar berikutnya yang harus dipelajari yakni bagaimana cara membuat bentuk bulat. Meski terdengar sepele, namun menurut wanita kelahiran 1940 ini, banyak anak-anak yang gregetan dan tak sukses dengan membuat bentuk bulat.

"Biasanya hasilnya jadi lonjong, rada mencong, atau enggak pas. Sedangkan ini adalah dasar sekali. Bulatnya harus pas, penuh tanah liat, enggak boleh kosong atau kopong," ujarnya.

Jika semua teknik dan pengetahuan dasar sudah didapatkan, maka langkah pembuatan keramik akan lebih mudah. "Tinggal imajinasi dan ide ingin buat apa, kami para pengajar yang mengarahkan."

***




Galeri yang termasuk ke dalam kelas hobi ini memang diakui Wati tidak ada murid yang belajar untuk menjadi seorang keramikus. Mereka belajar sebatas hobi saja. Jika ingin menjadi seniman, siswanya harus mendatangi galeri Keng Sien maupun seniman keramik lainnya.

"Saya pernah dapat telepon dari Keng Sien yang mengoper murid yang ingin belajar dengannya. Katanya, orangnya enggak akan bisa jadi seniman, jadi belajar di kelas hobi saja," kenang Wati.

Ia pun mengiyakannya untuk mengajarkan siswa tersebut. Setiap akhir pekan, di galeri Kollekan selalu kebanjiran murid yang ingin belajar keramik. Wati pun membatasinya lantaran ruang belajarnya hanya cukup 5 sampai 6 orang saja.

Di sini, tidak hanya ada kursus keramik saja, tapi juga bisa menerima pemesanan barang kerajinan keramik untuk hotel, restoran, kafe maupun pajangan rumah. Seperti pajangan huruf yang dijual Rp 3 ribu, gelas-gelas keramik yang unik, piring keramik, dan vas bunga.

Hingga kini dengan dibantu tiga orang pengajar, Wati dan Yetty tak kenal lelah mengelola galeri tersebut. Mereka pun kerap membuat karya-karya baru.

Serta melakukan pameran bersama dengan murid Keng Sien yang seangkatan pada 1998 lalu. "Tetap akan mengajar terus, karena saya memang suka keramik dari awal. Inginnya semua masyarakat bisa belajar keramik dengan mudah," kata lulusan Seni Rupa Institut Teknik Bandung (ITB) ini.






(utw/utw)

Hide Ads