Film dan novel menjadi sebuah media yang kerap menyuguhkan imajinasi atau pun alternatif tentang kejadian yang terjadi di dunia nyata. Seperti yang disuguhkan oleh serial The Man In The High Castle yang tayang di Amazon pada 2015 lalu.
Serial yang diangkat dari novel karya Philip K Dick tersebut menyuguhkan fantasi tentang apa yang terjadi jika saja Jerman bersama Nazi berhasil memenangi Perang Dunia ke-2 dan menguasai seluruh dunia.
Mereka mengisahkan otoritas Nazi yang menguasai hingga ke Amerika Serikat dan Amerika Tengah bersama dengan sekutunya yakni Jepang.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
![]() |
Kisah yang dituliskan oleh Philip K Dick sebenarnya sudah banyak yang berniat menggarapnya sejak era 1970'an. Namun kebutuhan CGI untuk membuat set yang sesuai dengan penjabaran di dalam novel belum mumpuni kala itu dan baru bisa terwujud pada 2015 lalu.
Meski memiliki cerita yang cukup unik, nyatanya musim perdana dari serial tersebut tak mendapatkan respon baik dan seolah ditinggalkan oleh para penontonnya sejak episode ketiga.
Baca juga: Prey: Pesta Lajang yang Berujung Malapetaka |
Namun pada musim keduanya mereka justru menyuguhkan karakter yang lebih kompleks serta jalan cerita yang sangat menarik. Tentunya promo pun dilakukan lebih besar lagi untuk mendongkrak popularitas serial itu.
Bagaimana Rufus Sewell dengan apik memainkan peran sebagai John Smith, mantan tentara Amerika yang berpihak pada Nazi. Perjalanan karakter yang dimainkannya itu berhasil menjadi daya tarik tersendiri bagi para penonton untuk mengiyakan tindakannya.
![]() |
Hasilnya pun cukup signifikan, penonton serial itu bertambah bahkan hingga beberapa kali lipat dibandingkan musim pertamanya dan terus menjadi salah satu tayangan favorit hingga musim ke-4 nya.
Bahkan The Man In The High Castle berhasil menjadi salah satu serial yang paling banyak disaksikan hingga saat ini di Amazon.
Penggambaran beberapa adegan di dalam serial itu pun terasa begitu nyata dan dekat dengan apa yang terjadi di dunia.
Beberapa media pun memberikan ulasan positif pada serial yang disutrdarai oleh Michael Cedar, Jean Higgins, Jordan Sheehan dan David W Zucker.
Penonton dibuat larut dalam emosi serta kemarahan saat melihat dan sadar jika dunia bisa saja berubah seperti itu jika mereka terus abai. Serial itu pun menjadi salah satu alat kampanye yang digunakan untuk menolak pemilihan Donald Trump pada pemilu Amerika Serikat.
(ass/srs)