Selain menjadi platform, Netflix juga bekerja sama dengan produksi film Indonesia untuk memberikan suguhan menarik bagi Anda selama menjalani Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Darurat.
Film perdana mereka adalah A Perfect Fit, hasil kerjasama antara Netflix dan StarVision yang bisa Anda saksikan sejak 15 Juli.
Digarap oleh Hadrah Daeng Ratu dan ditulis oleh Garin Nugroho, film komedi romantis tersebut membawa kisah cinta berlatarkan suasana Pulau Bali.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Hadrah pun membeberkan jika kisah cinta yang diangkatnya itu terbentuk dari sebuah dongeng terkenal yakni Cinderella. Kisah sepatunya itu melahirkan ide cerita hingga menjadi filosofi utama dari film tersebut.
Film A Perfect Fit berkisah tentang seorang fashion bloger bernama Saski (Nadya Arina) yang tengah bertunangan dengan pria kaya bernama Deni (Giorgino Abraham).
Demi hadir di acara ulang tahun Deni, Saski pun berkeliling mencari toko sepatu dan bertemu dengan Rio (Refal Hady) yang merupakan pemilik toko. Pertemuan tersebut pun menjadi awal perjalanan cinta Saski hingga menempatkannya dalam pilihan antara keluarga atau cinta sejatinya.
"Memilih sepatu sama seperti memilih pasangan. Jika kita merasa nyaman dengan sepatu dan pijakannya, maka langkah dan hidup kita juga akan menjadi nyaman. Kisah cintanya berbeda karena jika biasanya dari mata turun ke hati, ini dari kaki naik ke hati. Dalam A Perfect Fit, tidak ada yang tidak mungkin dalam cinta," tutur Hadrah Daeng Ratu.
Unsur budaya amat erat terasa dalam film tersebut. Beberapa tradisi yang mungkin tak banyak orang ketahui tentang masyarakat di Bali diangkat secara teliti oleh Garin Nugroho.
"Bali menjadi penggabungan antara tradisi, modern, bahkan global dengan gaya hidupnya masing-masing, di mana hal ini menimbulkan banyak peristiwa di A Perfect Fit," ujar Garin Nugroho dalam virtual Press Conference pada Kamis (15/7).
Selain itu ada pula pesan penting yang diangkat oleh Garin dan Hadrah yakni Women Empowerment. Hal itu dibuktikan dengan pengambilan sudut pandang bintang utamanya yakni Saski yang terbentur dengan adat serta tradisi di dalam keluarganya.
"Yang pasti, Saski hidup di masa kini tetapi dengan tradisi adat Bali yang kental. Ada hal-hal yang bisa dilanggar, seperti hal konvensional untuk nurut orang tua."
"Di zaman milenial ini perempuan berhak menentukan keputusan sendiri terhadap hidupnya. Budaya dan tradisi yang tidak diikuti Saski bukan berarti melanggar sesuatu yang fatal," terang Hadrah.
Film ini juga dibintangi oleh Laura Theux, Anggika Bolsterli, serta aktor atau aktris kawakan seperti Christine Hakim, Ayu Laksmi, Mathias Muchus, Unique Priscilla, dan Karina Suwandi.
(ass/wes)